REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui BUMD PD Pembangunan Sarana Jaya berkomitmen membangun fasilitas umum di Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) atau Skybridge Tanah Abang sesuai kesepakatan dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero). Salah satu sarana yang dibangun adalah penyediaan toilet yang akan bekerja sama dengan BUMD PD Pengelolaan Air Limbah (PAL) Jaya.
"Saya setuju dan mendukung sekali dengan adanya penyediaan fasilitas umum seperti toilet dan mushala. Untuk penyediaan toilet dan pengelolaan air limbahnya bekerja sama dengan PD PAL Jaya," ujar Direktur Utama PD Pembangunan Sarana Jaya Yoory C Pinontoan, Senin (19/11).
Nantinya, katanya, akan ada empat unit toilet di JPM tersebut untuk para penggunanya.Saat ini, sudah tahap pemasangan toilet di JPM. Untuk sisi keamanan, Yoory memastikan pula sudah diterapkan dengan baik, yaitu dengan memasang closed circuit television (CCTV), serta tersedianya petugas keamanan yang berjaga dan mengawasi keadaan sekitar JPM Tanah Abang agar berjalan kondusif.
"Untuk iuran keamanan, kebersihan dan penerangan, setiap lapak dikenakan retribusi sebesar Rp 500 ribu per bulan yang akan disetorkan ke PD Pembangunan Sarana Jaya sebagai pengelola JPM Tanah Abang. Rencananya, ini akan diterapkan pada awal tahun 2019," tutur Yoory.
Sejauh ini, progres pembangunan proyek JPM Tanah Abang per 19 November 2018 sudah mencapai 97 Persen. Sisa pengerjaan saat ini adalah merapikan kanstin (beton penguat tepi jalan), penyelesaian ramp (penghubung antarkedua jalan), dan pemasangan facade (sisi eksterior bangunan berada di lapisan luar).
Ia optimistis JPM Tanah Abang sudah selesai dibangun dan siap secara fisik pada 23 November 2018. Yoory menambahkan, berdasarkan hasil pertemuan, KAI akan melakukan simulasi pengoperasian JPM Tanah Abang yang dilaksanakan sampai dengan 30 November 2018.
Kemudian, akan ada evaluasi lanjutan yang merujuk pada pertimbangan kelancaran, keamanan, dan keselamatan pengguna JPM Tanah Abang hingga awal Desember 2018. Lalu, pada akhirnya akan dibuka secara umum.
"Jadi, simulasi dan evaluasi dilakukan oleh PT KAI untuk memastikan keamanan, keselamatan pada mobilitas masyarakat yang tinggi, agar berjalan dengan baik," ujar Yoory.
Sementara itu, Direktur Utama PD PAL Jaya Subekti membenarkan adanya kerja sama dengan PD Pembangunan Sarana Jaya untuk penyediaan toilet dan pengelolaan air limbah di JPM Tanah Abang. "Untuk toilet tersebut dipastikan memiliki kualitas yang baik," kata Subekti.
Subekti juga berharap, dengan adanya sinergitas antar BUMD Provinsi DKI Jakarta seperti ini, dapat meningkatkan kerja sama dalam mengelola air limbah. Salah satunya pada alat produksi PD Pembangunan Sarana Jaya.
JPM Tanah Abang dibangun sepanjang 386,4 meter dengan lebar 12,6 meter dan tinggi 12 meter yang berada tepat di atas Jalan Jatibaru Raya, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Lokasi tersebut bisa menampung hingga 446 pedagang, dengan biaya pembangunan sebesar sekitar Rp 35,8 miliar.
Halte Transjakarta Dibangun
PT Transportasi Jakarta siap menjadikan halte sebagai salah satu integrasi moda transportasi di JPM Tanah Abang. "Dari awal yang saya tahu harus ada integrasi moda transportasi di Jakarta, salah satunya integrasi kereta dengan bus," ujar Direktur Operasional PT Transjakarta, Daud Joseph di Jakarta, Selasa (20/11).
Daud melanjutkan integrasi transportasi yang baik akan menertibkan pengunjung di sekitar Tanah Abang karena banyaknya pilihan yang disediakan, mulai dari berjalan kaki hingga sarana transportasi darat. Pihaknya menyediakan 12 hingga 15 bus per rute tiap hari, yaitu rute Tanah Abang Explorer, Kebayoran Lama-Tanah Abang, dan Tanah Abang-Batusari.
Meski belum dapat difungsikan terkait pembangunan JPM yang masih dalam proses pengerjaan, Daud menilai tidak ada kendala dalam pembangunan halte bus Transjakarta di JPM tersebut. Bus yang beroperasi beraneka ragam, ada yang low deck dan bus berlantai tinggi seperti yang kerap dijumpai di ruas jalan utama.
Jalur menuju halte di Tanah Abang juga dibuat ramah untuk semua kalangan termasuk penyandang disabilitas, orang tua, maupun anak-anak. "Kalau yang saya lihat halte dibuat tidak berbentuk tangga, landai. Seharusnya difabel, lansia, anak-anak bisa menggunakannya dengan baik," jelas Daud.