Rabu 21 Nov 2018 09:31 WIB

Kutip HRW, BBC: Oknum di Saudi Siksa Aktivis HAM Perempuan

Penangkapan aktivis HAM perempuan juga marak bersamaan dengan penangkapan ulama.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Nashih Nashrullah
Perempuan Arab Saudi mengenakan abaya
Foto: BBC
Perempuan Arab Saudi mengenakan abaya

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Amnesty International dan Human Rights Watch (HRW) menyatakan sejumlah aktivis hak asasi manusia (HAM) perempuan telah mendapatkan penyiksaan dan pelecehan seksual di penjara-penjara Arab Saudi. 

Aktivis yang ditahan di Penjara Dhahban, bahkan diduga disiksa dengan sengatan listrik dan cambukan. 

BBC melaporkan, Amnesty International dan HRW mengeluarkan pernyataan pada Selasa (20/11) yang merinci dugaan penyiksaan Saudi terhadap aktivis yang ditahan. 

Arab Saudi telah menangkap beberapa aktivis HAM perempuan di awal tahun ini, bersama dengan penangkapan sejumlah ulama berpengaruh dan tokoh intelektual.

Amnesty mengatakan, para tahanan tidak dapat berjalan atau berdiri dengan baik setelah disengat listrik dan dicambuk. Satu aktivis perempuan juga dilaporkan telah dilecehkan secara seksual oleh petugas interogasi yang mengenakan masker wajah.

Pernyataan HRW juga menyinggung metode penyiksaan dengan sengatan listrik dan cambuk. Menurut pernyataan itu, petugas penjara telah memeluk dan mencium secara paksa tiga aktivis perempuan yang ditahan.

Raja Saudi Salman bin Abdulaziz Al Saud dan putranya, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah menuai pujian karena meluncurkan upaya modernisasi, termasuk mencabut larangan mengemudi bagi perempuan. 

Namun di saat yang sama, reformasi yang dilakukan juga disertai dengan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat, seperti penangkapan aktivis.

Negara itu juga tengah menghadapi kecaman internasional atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, di Istanbul. Arab Saudi telah menyalahkan pembunuhan itu pada agen jahatnya, tetapi membantah klaim bahwa putra mahkota mengetahui tentang operasi itu.

CIA telah menyimpulkan, Mohammed bin Salman diduga merupakan orang yang memerintahkan pembunuhan itu. Pada Selasa (20/11), Presiden AS Donald Trump mengeluarkan pernyataan yang membela hubungan AS dengan Arab Saudi, meskipun ia mengatakan Pangeran Mohammed mungkin saja tahu tentang pembunuhan itu.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement