REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pemerintah Afghanistan sedang berupaya menyelidiki kelompok yang bertanggung jawab dalam serangan bom bunuh diri di Kabul. Serangan itu menewaskan 55 orang. Taliban telah membantah bertanggung jawab atas serangan itu.
Para korban termasuk tokoh agama dari berbagai wilayah Afghanistan, mereka diundang oleh Majelis Ulama Afghanistan untuk merayakan Maulid Nabi. "Sampai sekarang kami tidak tahu militan mana yang berada di balik serangan itu. Penyelidikan berada pada tahap awal," kata seorang pejabat senior keamanan yang berada di lokasi ledakan pada Rabu pagi untuk mengumpulkan bukti forensik.
Taliban dengan cepat membantah keterlibatannya dan mengutuk serangan terhadap ulama tersebut. Pejabat rumah sakit dan pemerintah pada Rabu pagi mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan meningkat karena sebagian korban luka menderita luka parah.
Menurut pihak kepolisian, pelaku menyelinap ke sebuah ruangan di lantai pertama gedung besar di dekat bandara Kabul. Di gedung itu sekitar 200 orang sedang berkumpul.
"Saya sedang membaca ayat-ayat Alquran di dekat pintu gerbang ruang perjamuan ketika ledakan keras terjadi. Itu seperti gunung berapi," kata Syed Usman, seorang cendekiawan Muslim yang telah melakukan perjalanan dari pinggiran Kabul untuk hadir ke pertemuan itu.
Menurut para dokter, kondisi korban luka begitu memprihatinkan. Korban yang mengalami luka bakar parah sulit untuk dikenali. "Situasinya benar-benar mengerikan," kata Mohammad Qaseem, seorang ahli bedah di rumah sakit Kabul
Pekan lalu, para pemimpin Taliban bertemu utusan khusus Amerika Serikat (AS) Zalmay Khalilzad di markas politik mereka di Qatar. Pertemuan tiga hari itu merupakan yang kedua dalam sebulan terakhir.
Khalilzad memutuskan tenggat waktu untuk masalah perjanjian damai dengan Taliban pada 20 April mendatang. Tenggat waktu itu bertepatan dengan pemilihan presiden di Afghanistan.
Selama beberapa hari terakhir, Presiden AS Donald Trump telah membuat marah Pakistan. Intelijen Afghanistan dan para pemimpin militer Barat mengaku telah lama curiga atas tindakan Pakistan yang memberikan bantuan kepada Taliban.
Selama akhir pekan, Trump mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa Pakistan tidak "melakukan apapun" untuk AS meskipun negara itu memperoleh bantuan AS.
Baca: Taliban Bantah Terlibat Bom Bunuh Diri Incar Ulama