REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional (PAN) Drajad Wibowo menjelaskan pernyataan Amien Rais soal 'menjewer' Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir jika tidak menentukan sikap dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Ia menerangkan, pernyataan tersebut harus dilihat secara utuh.
"Itu bagian dari tausiyah kebangsaan Pak Amien dalam Tabligh Akbar dan Resepsi Milad ke-106 Muhammadiyah di Islamic Centre, Surabaya, 20 November 2018, yang diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya. Saya sendiri hadir mendampingi Pak Amien selama di Surabaya," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (21/11).
Drajad menjelaskan, Amien mendapat kesempatan berbicara setelah sambutan dari Ketua PD Muhammadiyah Kota Surabaya Mahsun Jayadi. Saat itu, Amien menyampaikan, ketentuan di dalam Islam itu dimaksudkan untuk menjaga dan melindungi agar semua manusia hidup dalam kedamaian, keamanan, dan ketenteraman umum.
"Beliau memberi contoh mengenai perintah berbuat adil dalam Alquran. Dan ternyata kata adil ini yang berasal dari bahasa Arab, dipakai dalam dua sila Pancasila, yaitu, kemanusiaan yang adil dan beradab, serta Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," papar Drajad.
Dalam konteks inilah, lanjut Drajad, terdapat lima perkara penting yang harus dijaga dan dilindungi oleh kaum Muslimin di mana tidak seorang pun boleh merusaknya. Yaitu, menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Kelima perkara ini dikenal sebagai adh-dharuriyyatul khams.
"Contohnya, membunuh itu menghilangkan jiwa. Umat Islam wajib mencegah pembunuhan dan wajib menghukum pembunuh sesuai aturan," kata dia.
Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah Amien Rais (tengah) berbincang dengan Ketua PD Muhammadiyah Surabaya Mahsun Jayadi (kiri) dan Anggota DPR RI Fraksi PAN Sungkono (kanan) di sela-sela Tabligh Akbar Muhammadiyah 2018 di Islamic Centre Surabaya, Jawa Timur, Selasa (20/11/2018). (ANTARA)
Politik, kata Drajad, berperan sangat penting dalam menjaga dharuriyyatul khams itu. Karena itu, Amien menyampaikan bahwa warga Muhammadiyah tidak boleh lepas tangan dari politik.
Jadi, ia mengatakan, Amien akan mengingatkan jika Haedar memilih tidak bersikap dalam pilpres. "Jika perlu, Pak Amien akan menjewer Mas Haedar," tuturnya.
Drajad memaparkan, Amien juga tidak secara eksplisit mengarahkan peserta agar memilih pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. "Tapi, peserta tentu sudah maklum. Respons mereka amat sangat meriah. Terlihat sekali kalau Pak Amien menjadi panutan dari ribuan warga Muhammadiyah yang hadir kemarin," katanya.
Haedar, ucap Drajad, adalah junior Amien di Muhammadiyah. Keduanya sudah saling mengenal dengan sangat akrab.
Menurutnya, istilah 'menjewer' itu sebagai cermin keakraban, seperti saat Amien bercerita tentang pertemuannya dengan Syafii Ma'arif. Ada nuansa keakraban yang kental antar-para mantan ketum dan ketum Muhammadiyah.
"Soal khitah, Muhammadiyah memang harus netral soal parpol. Pak Amien juga menyebut netral dalam pileg (pemilihan legislatif)," ujar dia.