Kamis 22 Nov 2018 00:30 WIB

Kriminolog: Masalah Interpersonal Picu Aksi Pembunuhan

Tiap orang memiliki batas toleransi terhadap tekanan yang bisa memicu kekerasan.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Indira Rezkisari
Tim Gabungan  Polda Metro Jaya dan Polres Metro Bekasi  melakukan  rekonstruksi kasus pembunuhan satu keluarga  atas tersangka Haris Simamora di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (21/11).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Tim Gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Bekasi melakukan rekonstruksi kasus pembunuhan satu keluarga atas tersangka Haris Simamora di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog dari Universitas Indonesia (UI) Iqrak Sulhin menjelaskan pembunuhan memang pada umumnya disebabkan masalah interpersonal antara pelaku dengan korban. Permasalahan itu bisa karena apa saja termasuk ucapan atau perilaku yang ditujukan korban kepada pelaku.

"Pelaku kemudian mendefinisikan bahwa apa yang diucapkan dan dilakukan oleh korban adalah hal yang cukup untuk jadi alasan melakukan kekerasan hingga pembunuhan," ujar Iqrak kepada Republika.co.id, Rabu (21/11) malam. Iqrak menjelaskan, sederhananya setiap orang memiliki batas toleransi terhadap tekanan yang diterimanya secara berbeda-beda.

Baca Juga

"Ada orang yang bila diejek bagaimanapun akan menganggap angin lalu. Tetapi ada juga yang perkataan kecil saja sudah sangat menyinggung perasaan," kata dia.

Menurut Iqrak, orang yang kategori kedua ini yang ia maksud memiliki batas toleransi rendah. Mereka dalam kategori ini pula cenderung membuat definisi bahwa kekerasan adalah solusi dari masalah. Selain itu, ia mengatakan, pelaku selalu dikenal oleh korban, baik kenal sudah lama ataupun baru.

Hal tersebut tergambarkan pada kejadian pembunuhan yang menimpa satu keluarga di Kelurahan Jatirahayu, Pondok Melati, Kota Bekasi. Tersangka atas nama Haris Simamora (HS) menghabisi nyawa Daperum Nainggolan, sang istri Maya Boru Ambarita, serta kedua anaknya, Sarah Nainggolan dan Arya Nainggolan.

Berdasarkan daftar reka adegan milik kepolisian yang digelar pada Rabu (21/11), Haris tiba di rumah Daperum sekitar pukul 21.00 WIB. Tersangka HS juga merupakan kerabat korban, bahkan sempat mengobrol dengan Daperum dan Maya di ruang tamu sambil menonton televisi.

Namun, saat mereka sedang mengobrol, Daperum mengungkapkan kata-kata yang dianggap Haris menyakiti hatinya. Haris sempat disebut seperti sampah.

Kepala Polres Metropolitan Bekasi Kota Kombes Indarto menuturkan, usai mendengar pernyataan Daperum dan Maya, muncul emosi di dalam dada Haris kepada keduanya. Haris pun berpikir untuk membunuh keduanya dengan sebuah linggis sepanjang 30-40 sentimeter yang ia dapat di bawah wastafel rumah korban.

Linggis, kata Indarto, dipilih HS karena dinilai merupakan alat yang ampuh membunuh keduanya. Indarto menuturkan, Daperum dan Maya dipukul dengan linggis sebanyak tiga kali hingga keduanya pingsan di ruang tamu.

Maya sempat sadar ketika mengetahui Daperum dipukul, tetapi Haris dengan cepat memukulnya. Haris lalu menusuk leher Daperum dengan ujung linggis yang tajam sebanyak tiga kali, begitupun kepada Maya.

Menurut Iqrak, meski tersangka membawa harta milik korban, motif pelaku bukan mengambil properti. Tersangka HS yang membawa kabur mobil milik korban dinilai untuk memudahkan mobilitasnya. Sebab, Iqrak mengatakan, terbukti mobil itu kemudian ditemhkan di kos tersangka sebelum kemudian melarikan diri lagi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement