REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak tujuh rumah di bantaran anak Kali Ciliwung RT 01 RW 08 Kelurahan Ancol Kecamatan Pademangan Jakarta Utara rusak akibat tanah di atas bangunan tersebut ambles pada Ahad (18/11) lalu. Sehingga, sebagian warga mengungsi ke tenda pengungsian yang tidak jauh dari lokasi kejadian.
Salah satunya keluarga Elly (53) yang sudah empat hari tinggal di tenda pengungsian. Ia, suami, serta putranya yang duduk di bangku sekolah menengah atas, harus berbagi tenda dengan keluarga terdampak tanah ambles lainnya.
"Dari Ahad siang sudah di tenda, kalau keluar rumah sudah dari Sabtu," ujar Elly ditemui di tenda pengungsian, Rabu (21/11).
Menurut dia, sebelumnya tenda pengungsian sangat panas dan belum tersedia air bersih serta fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK). Akan tetapi, setelah Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau lokasi tanah ambles, tenda tersebut diganti dan disertai dua buah kipas angin.
"Baru kemarin MCK ada, Pak Anies datang baru semua pihak turun, tenda diganti, karpet, selimut dikasih. Pas kemarin saja rombongan pergi, saya sempat pingsan karena kepanasan banyak orang di tenda," kata Elly.
Elly mengaku sudah tinggal di rumahnya yang terdampak tanah ambles itu selama 22 tahun. Untuk itu, ia berharap pemerintah segera membangun kembali rumahnya yang rusak akibat tanah ambles. Ia juga mengatakan, akan bersabar menunggu proses pembangunan tersebut.
"Katanya sedang diperbaiki dulu tanah amblesnya itu, turapnya, biar tanahnya kokoh, stabil. Enggak tahu kapan dibangun rumahnya, tetapi saya pengennya cepat juga," tutur dia.
Sementara itu, warga yang mengungsi lainnya adalah keluarga Wati (33). Ia, suami, serta kedua putranya yang berusia delapan tahun dan dua tahun berada di tenda pengungsian. Wati berharap, dapur umum juga bisa disediakan, agar bantuan sembako bisa diolah sendiri oleh warga.
"Bantuan ini sudah ada beras, makanan bayi, sembako, makan siang dan malam juga dikasih. Tetapi saya minta dapur umum juga dibangun," kata Wati.
Selain itu, dapur juga ia butuhkan agar suaminya bisa kembali memproduksi cendol. Sebab, setelah mengungsi karena rumahnya terdampak tanah ambles, suaminya belum bisa berjualan es cendol. Wati ingin suaminya itu dapat berjualan kembali agar dapat menghasilkan uang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Ketua RT 01 RW 08 Abdul Hadi mengatakan, ada tujuh rumah, delapan kepala keluarga (KK), serta 32 jiwa terdampak tanah ambles. Ia menyebut, sebagian warga lainnya mengungsi ke rumah sanak saudara terdekatnya.
"Karena ada yang saudara atau kakaknya dekat di sini dia sementara menumpang," kata Hadi.