Kamis 22 Nov 2018 10:06 WIB

Ini Mengapa Pembunuhan Sekeluarga Bekasi Berlangsung Senyap

Tetangga tidak ada yang mendengar keributan saat terjadi pembunuhan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Teguh Firmansyah
Tim Gabungan  Polda Metro Jaya dan Polres Metro Bekasi  melakukan  rekonstruksi kasus pembunuhan satu keluarga  atas tersangka Haris Simamora di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (21/11).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Tim Gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Metro Bekasi melakukan rekonstruksi kasus pembunuhan satu keluarga atas tersangka Haris Simamora di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Polda Metro Jaya bersama Polres Metropolitan Bekasi Kota menggelar rekonstruksi perkara pembunuhan Daperum Nainggolan bersama keluarganya di Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi. Pada saat rekonstruksi dilakukan, satu persatu fakta pembunuhan oleh tersangka Haris Simamora (HS) terungkap.

Kepala Polres Metropolitan Bekasi Kota, Kombes Indarto mengatakan, seluruh korban yang berjumlah empat orang dihabisi dalam kondisi saat sedang tidur. HS awalnya membunuh pasutri Daperum dan Maya Boru Ambarita secara diam-diam. Setelah itu, membunuh kedua anaknya, Sarah Nainggolan dan Arya Nainggolan ketika sudah tidur dengan cara dicekik.

“Jadi masuk akal kenapa pelaku sanggup membunuh empat orang. Tapi tidak ada teriakan, tetangga disini juga tidak ada yang mendengar keributan,” kata Indarto kepada wartawan, Rabu (21/11).

Baca juga, Pembunuhan Bekasi Polisi Telusuri Noda Darah pada HS.

Sebelum membunuh, Indarto menjelaskan, HS datang ke rumah korban sekitar pukul 21.00 WIB bahkan dibukakan pintu dan diterima dengan baik. Saat tidak di rumah, mereka bertiga yakni HS, Daperum, dan Maya sempat saling mengobrol di ruang tamu sambil menonton televisi.

Namun, saat obrolan tersebut, tersangka merasa terhina atas salah satu ucapan dari Daperum yang menyebutnya seperti ‘sampah’. Akibat merasa terhina, muncul niatan tersangka untuk membunuh. HS kemudian duduk pojok ruang tv paling belakang menunggu keduanya tertidur pulas.

Usai melihat keduanya tidur, HS teringat ada sebuah linggis di bawah wastafel dapur. Lewat sebatang linggis itulah, pembunuhan terjadi. Indarto mengatakan, Daperum dipukul sebanyak tiga kali karena pada pukulan pertama masih bergerak tapi tak sempat berteriak.

Sementara istrinya, Maya, ketika terbangun melihat suaminya dipukul, pun langsung dihajar dengan linggis oleh HS. “Lalu, untuk memastikan mereka berdua meninggal tersangka menusuk leher korban,” tuturnya.

Hasil uji Puslabfor Polri menunjukkan, korban pasutri tersebut mengalami luka retak pada kepala akibat pukulan linggis. Khusus Daperum, luka tusukan di leher cukup dalam sehingga hampir lepas. Adapun jumlah pembunuh, dikatakan Indarto, sementara ini masih mengerucut pada satu orang.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement