Kamis 22 Nov 2018 11:40 WIB

Presiden UEFA: Super League Hanyalah Fiksi

Namun UEFA memang berencana untuk mengubah format sejumlah kompetisi klub di Eropa.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Endro Yuwanto
Presiden UEFA Aleksander Ceferin.
Foto: EPA/Martial Trezzini
Presiden UEFA Aleksander Ceferin.

REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Presiden Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Aleksander Ceferin, akhirnya angkat bicara terkait rumor penyelengaraan kompetisi antarklub, European Super League. Ceferi menegaskan, UEFA tidak akan menggelar kompetisi European Super League dan menyebut kompetisi tersebut merupakan khayalan belaka.

Pada awal November 2018 lalu, berdasarkan laporan di salah satu media asal Jerman, Der Spiegel, sejumlah klub raksasa Eropa telah melakukan pembicaraan terkait rencana pembentukan kompetisi baru, di luar UEFA. Klub-klub tersebut antara lain Real Madrid, AC Milan, Arsenal, Barcelona, Bayern Muenchen, Juventus, dan Manchester United.

Bahkan, dalam dokumen yang dikutip Der Spiegel tersebut, 16 klub telah menyatakan kesediannya untuk berpartisipasi dalam kompetisi, yang rencananya bakal digelar pada 2021. Namun, kabar ini dibantah Cerefin. ''Super League tidak akan terjadi. Itu hanya sebuah fiksi dan hanya ada dalam mimpi,'' kata Cerefin seperti dikutip BBC, Selasa (20/11).

Bantahan senada juga diungkapkan Presiden Asosiasi Klub-Klub Sepak Bola Eropa (ECA), Andrea Agnelli. Menurutnya, seluruh anggota dari ECA tidak pernah terlibat dalam pembicaraan ataupun rencana pembentukan kompetisi Super League. ECA, kata Agnelli, selalu bekerja sama dan mendukung UEFA dalam meningkatkan level kompetisi klub-klub Eropa.

''Saya bisa memastikan, kami tidak pernah melihat, berdiskusi, dan tidak akan terlibat dengan hal tersebut. Kami sepenuhnya mendukung UEFA untuk meningkatkan kualitas dari kompetisi di Eropa,'' ujar Agnelli yang juga merupakan pemilik klub raksasa Italia, Juventus, tersebut.

Kendati begitu, secara khusus Cerefin mengakui, UEFA berencana untuk mengubah format sejumlah kompetisi klub di Eropa, termasuk dengan mengubah format Liga Champions. Perubahan format ini untuk mendorong adanya pembagian hasil penjualan hak siar yang ideal terhadap kontestan Liga Champions.

''Kami memiliki ide. Namun, satu hal yang pasti, Super League tidak akan digelar. Kami tetap mendorong partisipasi klub, dan semua klub memiliki kesempatan yang sama untuk bersaing di berbagai kompetisi klub Eropa,'' jelas Cerefin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement