REPUBLIKA.CO.ID, WONOSARI -- Jembatan Gantung di Padukuhan Jelok, Desa Beji, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY, sempat rusak usai badai siklon tahun lalu. Kini, walau perbaikan belum sempurna, jembatan itu sudah dapat digunakan masyarakat.
Jembatan jelok merupakan jembatan gantung yang ada sepanjang kurang lebih 87 meter di Padukuhan Jelok. Posisinya begitu penting karena menjadi salah satu jalur penting aktivitas masyarakat.
Sayangnya, selama beberapa bulan terakhir, jembatan itu tidak bisa digunakan. Pasalnya, jembatan gantung itu sempat roboh diterjang banjir yang terjadi saat Badai Siklon Cempaka akhir tahun lalu.
Dalam kesempatan itu, Kepala Desa Beji, Edi Sutrisno, mengucapkan terima kasih kepada semua elemen yang telah membantu perbaikan jembatan. Termasuk, kepada para donatur yang telah bersedia memberikan bantuan pembangunan. Edi menerangkan, perbaikan jembatan itu telah berlangsung selama 67 hari. Ia berharap, tahun depan sudah bisa dihadirkan anggaran untuk pembangunan jembatan secara permanen.
"Semoga jembatan permanen nanti dapat terwujud," kata Edi.
Selesainya perbaikan jembatan memudahkan lagi masyarakat yang ada di Padukuhan Jelok untuk mencapai daerah-daerah luar. Harapannya, perbaikan sekaligus dapat menunjang lagi kepariwisataan di Padukuhan Jelok.
Peresmian sendiri dihadiri Bupati Gunungkidul. Dalam sambutannya, Bupati Gunungkidul, Badingah menyampaikan, jembatan sudah bisa digunakan walaupun belum sempurna diperbaiki. Ia memberikan apresiasi atas jerih payah masyarakat yang telah membantu proses perbaikan. Karenanya, Badingah turut berpesan agar masyarakat mampu senantiasa menjaga dan merawat jembatan tersebut.
"Agar potensi Desa Beji dapat lebih dioptimalkan dan menjadi ikon Patuk, jembatan permanen direncanakan akan dibangun," ujar Badingah.
Selain ekonomi dan wisata, demi kemajuan bidang pertanian di Padukuhan Jelok ia mengaku Pemkab Gunungkidul berencana memberikan dana Rp. 13,5 miliar. Dana itu untuk pembangunan jembatan Jelok agar menjadi jembatan yang permanen.