Kamis 22 Nov 2018 17:03 WIB

Kampanye Adu Gagagasan, KIK Tunggu Program Kubu Lawan

TKN menilai kubu lawan lebih sering mengkritik tanpa menawarkan solusi.

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Bayu Hermawan
Arsul Sani
Foto: Republika/Bayu Adji P
Arsul Sani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim Kampanye Nasional Koalisi Indonesia Kerja (TKN KIK) menunggu program yang diusung kubu lawan terkait kampanye adu program. Hal ini diungkapkan menyusul banyaknya kritik akan kampanye negatif yang kerap dilontarkan kedua pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden.

"Kan begini secara umum di negara demokrasi manapun harusnya yang menawarkan gagasan lebih dulu yang challanger," kata Wakil Ketua TKN KIK Arsul Sani di Jakarta, Kamis (22/11).

Arsul mengaku belum pernah sekalipun mendengar gagasan serta program yang diusung kubu lawan. Dia mengatakan, tim pemenangan serta paslon nomor urut 02 hanya mencela dan mengkritisi calon pejawat tanpa menawarkan kebijakan alternatif apapun.

"Itulah yang sebetulnya akar masalah, kenapa situasi kampanye kita yang empat bulan ini masih seperti itu apalagi kemudian yang dilemparkan kepada pejawat itu ada unsur ujaran kebencian fitnahnya," ujarnya.

Arsul menegaskan, kritik bermuatan kampanye negstif itu menjadi masalah dalam masa kampanye saat ini. Dia mencontohkan, calon presiden Prabowo seharusnya mengatakan strategi alternatif untuk meningkatkan rasio pajak jika dirinya terpilih ketimbang hanya memaparkan rasio pajak yang semestinya didapatkan negara.

"Tidak cukup mengatakan bahwa relaksasi paket kebijakan baru itu malah tidak pro UMKM atau industri dalam negeri atau sektor dalam negeri, kan gak harus seperti itu," katanya.

Menurut Arsul, Prabowo beserta pendampingnya belum menawarkan konsep program mereka. Sekali lagi, dia mengeaskan, penantang calon pejawatlah yang seharusnya memaparkan visi serta misi mereka terlebih dahulu.

Sebelumnya, kampanye negatif dan aksi saling lapor yang kerap dilontarkan kedua paslon berkontestasi mendapat kritik dari sejumlah pihak. Mereka menilai minim kampanye program yang dilakukan kedua kubu.

Direktur Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini menilai hal tersebut berpotensi meningkatkan tensi pemilu 2019. Dia mengatakan, upaya saling intai serta mencari celah kesalahan lawan politik ini dapat menimbulkan situasi tidak kondusif.

Hal serupa juga diungkapkan analis politik dari Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Dia memandang kampanye pilpres hingga saat ini masih dangkal gagasan dan isu substantif. Pangi melihat kampanye yang dilakukan dua kandidat capres-cawapres justru menampilkan lelucon politik saling sindir.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement

Rekomendasi

Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement