Jumat 23 Nov 2018 04:30 WIB

Pemprov DKI Siapkan Langkah Cegah Penurunan Tanah

Pemprov DKI tengah menyiapkan 1.333 sumur resapan.

Rep: Farah Noersativa/ Red: Bayu Hermawan
Sejumlah pekerja mengerjakan proyek sumur resapan di halaman depan Balai Kota, Jakarta, Senin (22/1).   (Republika/Agung Fatma Putra)
Sejumlah pekerja mengerjakan proyek sumur resapan di halaman depan Balai Kota, Jakarta, Senin (22/1). (Republika/Agung Fatma Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta sedang menyiapkan sebanyak 1.333 sumur resapan atau drainase vertikal. Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah Dinas Perindustrian dan Energi DKI Jakarta, Ricki Marojahan Mulia mengatakan, hal itu ditujukan untuk menghilangkan genangan, konservasi air, dan juga penurunan muka tanah.

"Ke depannya kami rencanakan 1.333 sumur resapan, atau drainase vertikal. Itu 1.300 itu untuk sumur dangkal. Yaitu untuk menghilangkan genangan dan konservasi air. Kemudian ada sumur yang sedang juga," kata Ricki ketika dihubungi, Kamis (22/11).

Dia menjelaskan, drainase vertikal itu nantinya akan dapat memasukkan air ke dalam gorong-gorong untuk mencegah penurunan muka tanah. Sehingga, kata dia, jika turun banjir akan diserap dalam drainase itu.

Pada 2018 ini, pihaknya telah membuat beberapa drainase vertikal itu untuk uji coba. Dia menyebut ketika hujan, drainase vertikal itu menampung air cukup banyak ditandai adanya genangan yang cukup tinggi.

"Sekarang sudah selesai kami bangun, tapi kami menunggu kalau hujan bisa benar-benar diserap atau nggak. Karena memang bisa, tapi membuktikan dulu nih secara riil di lapangan," jelas Ricki.

Ketika telah terbukti secara riil bisa menyerap, maka pihaknya akan melanjutkan proyek tersebut. Pihaknya mengaku telah berkomunikasi dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan perihal uji coba ini. Namun masih enggan menjelaskan bagaimana kelanjutannya dan berapa jumlah yang dilakukan uji coba. 

Uji coba itu, kata dia telah dilakukan sejak September 2018. Setiap drainase vertikal memiliki kapasitas yang berbeda-beda. Drainase vertikal itu dibangun sesuai dengan kebutuhan. "Tergantung kebutuhan, kalau banjir 50 meter kubik itu kita bisa bangun 70 meter kubik," ucapnya.

Pihaknya menyebut akan membangun drainase vertikal itu di beberapa tempat yang sering tergenang banjir. Misalnya, kata dia, drainase vertikal itu dibangun di daerah-daerah komunal, yang padat masyarakat. "Daerah yang padat masyarakat, tapi nggak ada selokannya, itu kan kalau hujan air nggak bisa mengalir kemana-mana. Kita bantu dengan sumur resapan," katanya.

Ketika ditanya lebih spesifik daerah di Jakarta, dia menyebut kemungkinan pembangunan drainase vertikal dilakukan di seluruh DKI Jakarta, kecuali Kepulauan Seribu. Sebab, kata dia, wilayah Jakarta Utara sendiri memiliki muka air tanah tinggi. "Jadi kita gali setengah meter sudah air, kecuali Jakarta Utara dan Kepulauan Seribu," ujar Ricki.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Rasyid Baswedan membenarkan dengan menyatakan berkali-kali mengenai penurunan tanah yang serius di kawasan pesisir utara Jakarta. Oleh sebab itu, pihaknya tak memberhentikan program-program kerja terutama National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) berupa tanggul pantai.

Pihaknya menyebut akan meneruskan dan menuntaskan proyek tersebut. Dia berharap, proyek itu dapat digunakan untuk menjaga dan  mengamankan air laut yang naik ke permukaan tanah.

Selanjutnya, dia menyebut akan mempersiapkan program drainase vertikal yang diharapkan dapat mengisi tanah dengan air yang cukup. Hal itu dilakukan di samping dengan meminimalisasi pengambilan air tanah secara masif.

"Itu sebabnya mengapa skrg kita masif menyiapkan drainase vertikal. Harapannya pada saat musim penghujan kita membantu untuk mengisi tanah-tanah kita dengan air yang cukup," kata Anies.

Ketua DPRD DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi mengatakan, pihaknya mendorong program NCICD terus berjalan untuk penanggulangan banjir dan rob di DKI Jakarta khususnya di Jakarta Utara. "Itu harus jalan, enggak ada yang haram, yang haram kalau terjadi suap itu baru haram," kata Prasetyo di DPRD DKI Jakarta, Kamis (22/11).

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto memperkiran pada tahun 2025 mendatang dunia terancam defisit air bersih. Tidak hanya itu pada tahun yang sama, permukaan air laut dari pesisir utara Jakarta akan naik hingga menenggelamkan ibukota. Hal ini disampaikan Prabowo dalam pidato berbahasa Inggris di depan Indonesia Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta.

"Dunia akan hadapi defisit air bersih pada 2025. Itu gak lama lagi. Kita lihat sekarang dengan climate change. Ada kekeringan di California. Indonesia saya kira tidak siap. Terus laut di utara Jakarta rising (naik)," jelas Ketua Umum Partai Gerindra, di Hotel Shangri-La, Rabu (21/11).

Menurut Prabowo, diperkirakan air Tanjung Priok 2025 akan sampai pada Kempinski, Grand Hyatt, Bundaran Hotel Indonesia atau HI. Lanjutnya, kenaikan air ini setiap tahunnya naik beberapa centimeter.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement