Jumat 23 Nov 2018 10:11 WIB

ACT Kirimkan Bantuan Kaki Palsu untuk Difabel Palestina

Hingga saat ini total penyandang disabilitas di Gaza sudah melebihi 44 ribu jiwa.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Gita Amanda
ACT memberikan bantuan kaki palsu.
Foto: ACT News
ACT memberikan bantuan kaki palsu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring semakin berkobarnya api konflik di Gaza, populasi rakyat Palestina yang menyandang disabilitas pun meningkat tajam. Banyak dari mereka terpaksa kehilangan anggota tubuh akibat terkena fosfor yang digunakan Zionis selama perang.

Hingga saat ini, total penyandang disabilitas di Gaza sudah melebihi 44 ribu jiwa. Sebanyak 19.350 di antaranya adalah mereka yang mengalami cacat motorik.

Nahasnya, penderitaan mereka semakin buruk karena tidak adanya sarana untuk memperoleh alat bantu sebagai proses rehabilitasi. Sebab itu, upaya menyediakan anggota tubuh buatan merupakan langkah penting bagi para difabel di Gaza. Ini agar mereka bisa memenuhi kebutuhan secara mandiri, juga dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan mereka masing-masing.

Direktur Global Humanity Response (GHR) Aksi Cepat Tanggap (ACT), Bambang Triyono, mengatakan ACT menginisiasi pelayanan melalui program Pemasangan Anggota Tubuh untuk rakyat Palestina yang menyandang disabilitas di Gaza. Ada sebanyak enam kaki palsu untuk enam rakyat Palestina yang kehilangan satu kakinya ketika perang.

"Kami berharap inisiasi program ini bisa memberikan manfaat bagi para penyandang. Semoga sedikit banyak bisa meringankan beban para penyandang dalam menjalani hidup nantinya,” ujar Bambang dalam keterangan tertulis yang didapat Republika.co.id, Jumat (23/11).

Menurutnya bantuan kali ini berbeda dengan bantuan penyandang disabilitas yang biasa dilakukan ACT. Program Pemasangan Anggota Tubuh memakan waktu sekitar tiga bulan. Para penerima manfaat harus menjalani tiga tahapan yang berkelanjutan.

Pertama, dokter yang membantu akan melakukan pengukuran anggota tubuh penyandang, yang dalam hali ini adalah kaki. Setelah pengukuran sudah dirasa pas, maka pembuatan kaki palsu pun dimulai. Biasanya proses ini memakan waktu hingga satu bulan lebih.

"Setiap anggota tubuh yang dibuat, berbeda satu sama lain, sehingga kebutuhan setiap pasien berbeda. Jadi, mengukurnya juga harus satu per satu, harus menyesuaikan ukuran masing-masing penyandang. Setelah mengukur baru proses pembuatan dilakukan," ujarnya.

Apabila prose pembuatan telah selesai, para penyandang akan melakukan fitting dan penyesuaian. Mereka akan mendapat pendampingan untuk menjalani fisioterapi, yang tujuannya agar mereka terbiasa ketika memakai kaki palsu miliknya.

"Jadi, tidak hanya pemberian saja, mereka juga diberi pendampingan supaya mereka merasa nyaman dan aman menggunakannya. Semoga dapat membantu mereka, juga menumbuhkan semangat mereka lagi dalam menjalani hidup," ucap Bambang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement