REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah aksen yang kuat juga menempatkan penelitian dan pengajaran di Jerman tentang sejarah Islam. Seperti, penafsiran Alquran dan lokalisasi Islam pada masa sekarang.
Pengajaran tentang sejarah Islam akan mulai diintensifkan pada tahun-tahun mendatang. "Muslim bisa beradaptasi dengan konteks sekarang dan perlu dikembangkan di Jerman," ujar Direktur Pusat Studi Islam Bekim Agai.
Komite Pusat Muslim di Jerman (ZMD) menyatakan kepuasan mereka dengan kemajuan yang ada saat ini di Jerman. Khususnya, dalam bidang pengembangan pendidikan Islam. Ini ditunjang dengan kebijakan yang paralel tentang sistem beasiswa di Jerman.
Baca: Jerman Tingkatkan Studi Islam
Siswa Muslim berbakat dapat mengakses beasiswa negara yang menyediakan dukungan keuangan serta berbagai peluang akademik dengan fokus umat Islam. Dengan demikian, program beasiswa ini sejajar dengan dukungan yang diberikan negara kepada Katolik, Protestan, dan lembaga beasiswa Yahudi.
Islam datang ke Jerman melalui jalur diplomatik, militer, dan ekonomi antara Jerman dan Kekaisaran Ottoman pada abad ke-18. Jochen Blaschke dalam tulisannya yang berjudul "State Policies Towards Muslim Minorities. Sweden, Great Britain and Germany Muslims in German History until 1945" menjelaskan terdapat 20 tentara Muslim yang bertugas di bawah Frederick William I dari Prusia pada awal abad ke-18.
Baca Juga: Muslim Jerman Apresiasi Pengembangan Studi Islam di Kampus
Pada 1745, Frederick II dari Prussia mendirikan unit Muslim di tentara Prusia yang disebut Riders Muslim. Riders Muslim terdiri atas Bosnia, Albania, dan Tatar. Pada 1760, korps Bosnia didirikan dengan jumlah anggota sekitar 1.000 orang.
Frederick dalam jurnalnya yang berjudul Islam and Muslims in Germany menyebutkan, pada 1798, kompleks pemakaman pertama Muslim didirikan di Berlin. Pemakaman ini masih ada hingga sekarang. Sebagai bagian dari Kongres Dunia Islam dan Islam Kolokium, Jerman juga mendirikan lembaga pendidikan Muslim pertama untuk anak-anak pada 1932