Jumat 23 Nov 2018 17:01 WIB

Makin Banyak Pria Jadi Bapak Rumah Tangga di Indonesia

Menjadi bapak rumah tangga itu bukan lagi aib atau hal yang tabu.

Bapak rumah tangga. (ilustrasi)
Foto: ABC News
Bapak rumah tangga. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Di Indonesia semakin banyak pria yang melakoni tugas sebagai Bapak Rumah Tangga atau Stay home dad. Yakni, para pria yang bersedia terlibat dalam pengasuhan anak maupun pengerjaan tugas mengurus rumah tangga sehari-hari.

Stigma kuat membuat demikian konsep ini belum sepenuhnya diterima di masyarakat. Bagi masyarakat dengan budaya patriarki yang kuat seperti di Indonesia, pekerjaan domestik sehari-hari di rumah tangga, seperti memasak, mencuci, setrika atau mengasuh anak dianggap sebagai tugas sehari-hari perempuan.

Bahkan di beberapa budaya menganggap tabu atau aib jika pria melakukannya. Namun bagi sebagian ayah 'jaman now', pakem semacam itu sudah tidak berlaku lagi. Sebaliknya mereka menilai pria memiliki hak yang sama untuk terlibat dan berbagi peran dalam urusan pengasuhan anak dan rumah tangga.

Seperti diungkapkan oleh Geraldo Oryza Rasjid (30) tahun, seorang bapak rumah tangga di Tangerang Selatan. "Menjadi bapak rumah tangga itu bukan lagi aib atau hal yang tabu, tapi justru itu hal yang keren menurut saya, itu benar-benar peran penting bagi tumbuh kembang anak dan juga keluarga. " katanya.

"Kita jadi tahu betul tahapan perkembangan anak secara langsung, tidak sekedar tanya isteri gimana anak di sekolah, hari ini ngapain," ujarnya menambahkan. "Dan saya baca ada penelitian yang menunjukan ayah yang terlibat mengurus anaknya dapat meningkatkan kecerdasan anak." tambahnya

Geraldo yang akrab disapa Aldo ini, sehari-hari sibuk membagi waktu antara kariernya sebagai musisi dan menjadi bapak rumah tangga untuk mengasuh ketiga buah hatinya dari pernikahannya dengan Mirzani Augustya (29 tahun). "Kebetulan saya profesinya di musik dan kegiatan saya banyak dimulai sore atau malam hari dan biasanya jadwal saya di panggung juga lebih banyak akhir pekan."

"Jadi di hari biasa Senin sampai Jumat saya bisa terlibat di rumah mengurus anak dan mendampingi isteri," katanya.

photo
Komunitas Bapak Rangkul menyakini kesepakatan bersama istri dan anak / anak-anak dirumah menjadi inti dari pola pengasuhan yang lebih baik. (Instagram: Bapak Rangkul)

Pria yang bersama keluarganya tinggal di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan ini juga dikenal sebagai fasilitator Bapak Rangkul. Sebuah komunitas yang mendorong pria untuk lebih terlibat dalam pengasuhan anak dan berbagi peran dengan pasangan dalam rumah tangga.

Dibentuk sejak pertengahan 2017 lalu, dari hanya beranggotakan 6 orang, komunitas Bapak Rangkul kini sudah memiliki puluhan anggota. Hal yang menurut Aldo mengindikasikan makin banyak pria menyadari pentingnya berbagi peran dalam mengelola rumah tangga.

"Sekarang ada banyak pilihan profesi yang memungkinan pria untuk memiliki waktu kerja yang lebih fleksibel, yang bekerja freelancer, bekerja di perusahaan dengan shift siang atau malam bahkan wirausaha, sehingga mereka bisa menyeimbangkan peran tidak hanya sebagai pencari nafkah tapi juga sebagai ayah dan suami di rumah." tukasnya.

"Banyak juga anggota kami yang bekerja kantoran dan mereka memang tidak bisa ada di rumah setiap hari sebagai full time bapak rumah tangga."

"Tapi itu bukan masalah mereka tetap bisa terlibat dalam keluarga dengan baik, misalnya weekend mereka berbagi peran, suami masak dan bantu isterinya."

"Karena ini memang bukan soal waktu kerja yang fleksibel atau tidak tapi bagaimana mencari cara untuk melakukan peran ayah dengan tepat," ujar Aldo.

Geraldo mengatakan komunitas Bapak Rangkul kerap menggelar sesi bicara yang membahas pentingnya pengasuhan bersama. "Komunitas kami memiliki jargon kalau pengasuhan itu tanggung jawab bersama dan maknanya luas," ujarnya. "Bikan cuma pengasuhan anak saja tapi juga segala urusan di rumah tangga yang dulu mungkin dibilang urusan isteri atau ibu, sekarang jadi urusan suami atau ayah juga, karena kita menjalani kehidupan ini bersama-sama."

Sementara itu psikolog klinis dari Yayasan Pulih, Jane L Pietra mengatakan penelitian menunjukan ada banyak dampak positif dari pengasuhan yang melibatkan ayah didalamnya. Diantaranya hubungan dengan pasangan menjadi lebih mesra, anak menjadi lebih berprestasi, lebih berani mencari dan mencoba hal-hal baru, berani mengungkapkan pendapat, lebih percaya diri serta memiliki control emosional yang lebih baik.

Sejumlah bapak rumah tangga lain mengaku memiliki ikatan yang lebih kuat dengan anak menjadi dampak yang paling mereka rasakan setelah melibatkan diri dalam pengasuhan. "Saya jadi paham sekali dengan karakter dan perkembangan anak saya, begitu juga anak saya, mereka paham dan tahu apa yang dilakukan orang tua dan kondisi orang tuanya." ungkap Juni Effendi.

"Saya merasa lebih dekat dengan anak-anak dan saya senang mendengarkan cerita mereka."

"Dulu kalau pulang kerja biasanya cape dan sering bilang, nanti dulu papa capek, sekarang secapek apapun ketika anak bercerita saya berusaha mendengarkan cerita mereka."

"Karena saya paham mereka butuh didengarkan." ungkap Agus Wijananto, bapak rumah tangga lainnya.

Lalu sulitkah bagi pria beradaptasi melakoni bapak rumah tangga?

photo
Agus Wijananto bersama ketiga anaknya, menjalani peran bapak rumah tangga membuatnya merasa lebih dekat dan memiliki komunikasi yang lebih baik dengan anak-anaknya. (Supplied: Agus Wijananto)

Bersambung ke halaman berikutnya...

sumber : http://www.abc.net.au/indonesian/2018-11-23/makin-banyak-pria-menjadi-bapak-rumah-tangga/10547124
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement