REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Romlah Marham tak bisa menyembunyikan isak haru bahagianya mengetahui kabar dia bisa berangkat ke Tanah Suci. Impiannya selama ini, akhirnya terwujud juga. Romlah tak pernah menyangka di usianya yang hampir memasuki kepala tujuh, bisa mewujudkan angannya beribadah umrah.
Romlah sempat mengubur angan-angannya ke Tanah Suci pada 2017. Romlah adalah korban penipuan biro perjalanan First Travel. “Dapat cobaan gitu (penipuan) kesel, tinggal nangis saja. Dapat ini, alhamdulillah banget,” kata anak Romlah, Sri Widiawati di Hotel Sofyan Cikini Jakarta, Jumat (23/11).
Sri menjelaskan ibunya mendaftar ibadah umrah pada 2016 melalui First Travel. Biro perjalanan First Travel menjadwalkan keberangkatan pada 2017. Namun, tiga bulan setelah manasik, tidak ada kabar apapun dari First Travel.
Kemudian, keluarga mengetahui ihwal adanya kasus penipuan uang jamaah yang dilakukan biro perjalanan tersebut. “Itu ibuk bentar-bentar nangis. Sudah lama banget pengen berangkat, tapi baru daftar 2016,” ujar dia.
Bahkan, kenyataan adanya penipuan itu membuat kondisi kesehatan ibunya memburuk. Sebelum mendaftar umrah, ibunya aktif menjahit dan mengikuti beberapa pengajian.
Namun, sekarang ibunya lebih banyak menghabiskan waktu di kursi roda. “Pas tahu ada penipuan, langsung ngedrop, bubar semua (kegiatan),” ujar dia.
Romlah adalah satu dari enam korban penipuan biro perjalanan nakal yang diberangkatkan dari program penggalangan dana. Program tersebut diinisiasi Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) dan lembaga filantropi.
Berdasarkan data Penggalangan Dana Sharinghappiness.org Rumah Zakat, Romlah akan bertolak ke Tanah Suci bersama Holilah Asmat, Muroni, Rina, Maryanah, dan Kidi Alianto pada Senin (26/11) mendatang.
Koordinator korban penipuan Hannien Tour, Rully Prayoga mengatakan banyak korban penipuan biro perjalanan umrah yang tidak mengerti hak mereka. Bahkan, tidak sedikit yang enggan memperjuangkan haknya.
Rully mengkoordinasi sekitar 450 orang dari 1.826 korban Hannien Tour. Dia menjelaskan Hannien Tour adalah biro perjalanan yang mengantongi izin dari Kementerian Agama (Kemenag). Bahkan, paket yang dijual bukan paket murah. Dia membayar untuk paket ibadah silver senilai Rp 26 juta.
Pada Mei 2017, biro perjalanan tersebut sering mengajak mediasi para korban. Namun, tidak pernah ada solusi atas masalah penipuan. “Yang kami dapat hanya janji. Kalau bicara umrah, maka bicara ibadah. Akhirnya kami lapor ke YLKI dan ada solusi advokasi hukum dan nonhukum,” ujar dia.
Rully menjelaskan, ada sejumlah tujuan dari pendampingan korban penipuan Hannien Tour. Pertama, pendidikan ke masyarakat. Sebab, sebagai konsumen, calon jamaah memiliki hak yang harus dikejar. Selama ini, calon jamaah selalu ditagih untuk melunasi biaya ibadah. “Ketika tak jadi berangkat, mohon maaf, (kita) edukasi ke masyarakat harus tahu hak konsumen,” kata dia.
Kedua, meminta perhatian regulator, yakni Kemenag. Dia mengatakan umrah bukan hanya perjalanan wisata, tetapi ibadah. Banyak masyarakat yang memilih beribadah umrah lantaran terlalu lama mendaftar haji. “Umrah adalah alternatif ibadah ke Tanah Suci,” ujar dia.
Ketiga, terkuaknya penipuan umrah harus menjadi syok terapi bagi agen umrah lain agar tidak main-main dengan perjalanan ibadah tersebut. “Semoga dengan adanya niat ini. Bisa memberikan inspirasi ke yang lain bahwa harapan masih ada,” kata Rully.