REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Putri dari jurnalis Jamal Khashoggi, Noha dan Razan berbagi kenangan mereka mengenai sang ayah. Keduanya membagikan cerita tersebut dalam sebuah artikel di The Washington Post yang terbit pada Jumat (23/11).
Menurut Noha dan Razan, Khashoggi adalah sosok ayah pada umumnya. Mereka kerap dibawa untuk mengunjungi museum dan situs bersejarah, sebagai cerminan bahwa sang ayah ingin berbagi pengetahuan terhadap anak-anaknya.
Sering kali, saat Khashoggi bepergian ke luar negeri, Noha dan Razan menunggunya. Mereka bertanya-tanya kapan sang ayah pulang dari perjalanan yang dilakukan sebagai bagian dari pekerjaannya.
“Kami tahu sejak lama bahwa pekerjaan ayah mengharuskan ia untuk sering pergi jauh dari keluarga, dia menjadi orang yang sangat penting bagi kami, di mana kata-kata yang datang darinya memberi pengaruh bagi banyak orang,” tulis Noha dan Razan.
Noha dan Razan juga menulis mengenai kebanggan mereka mengenai pekerjaan sang ayah. Mereka juga mengaku bahwa melihat kekaguman dari beberapa orang lainnya terhadap Khashoggi.
“Ayah pasti memiliki sisi prgamatis, tetapi dalam mimpi dan ambisinya, dia selalu berusaha memiliki versi realitas yang utopis,” lanjut Noha dan Razan.
Noha dan Razan menceritakan kehidupan mereka setelah sang ayah pertama kali dilaporkan hilang. Hal paling sulit yang kedua kakak beradik ini hadapi adalah melihat kursi Khashoggi di kediamannya di Virginia.
Di sana, biasanya Khashoggi tengah mengetik maupun membaca. Menurut Noha dan Razan, ketidakberadaannya memunculkan kesunyian luar biasa.
“Ini bukanlah pidato, sebaliknya adalah janji bahwa cahayanya tak akan pernah memudar dan warisannya akan dilestarikan oleh kami. Kami merasa diberkati telah dibesarkan dengan moral, rasa hormat terhadap pengetahuan dan kebenaran, serta cintanya. Sampai bertemu lagi di kehidupan selanjutnya,” tutup Noha dan Razan.