REPUBLIKA.CO.ID, WELLINGTON -- Sekitar 145 paus pilot mati setelah terdampar di Pulau Stewart yang terletak di lepas pantai selatan Selandia Baru. Seorang juru bicara Departemen Konservasi (DOC) Selandia Baru mengatakan, seorang pejalan kaki menemukan puluhan ikan paus itu pada Sabtu (24/11) dan memberi tahu staf DOC pada pukul 22.30 malam.
Setengah dari paus-paus itu sudah mati saat ditemukan di ujung selatan Mason Bay. Kemudian staf DOC mengambil keputusan untuk menyuntik mati sisanya.
Manajer operasi DOC Rakiura, Ren Leppens, mengatakan keputusan suntik mati atau euthanasia diambil karena kondisi paus yang masih hidup pada saat mereka ditemukan. Selain itu, lokasi terdamparnya juga cukup terpencil dan sulit diakses.
"Sedihnya, kemungkinan untuk berhasil membawa kembali paus yang tersisa ke laut, sangat kecil. Lokasi terpencil, kurangnya personel dan kondisi ikan paus yang memburuk membuat kami memutuskan untuk melakukan euthanasia. Namun, itu adalah keputusan yang memilukan," ungkapnya, dikutip Sydney Morning Herald.
DOC telah memberi tahu suku Ngati Tahu iwi setempat dan telah bekerja bersama untuk melakukan langkah selanjutnya. Terdamparnya mamalia laut itu adalah kejadian yang umum terjadi di pantai Selandia Baru. DOC mencatat rata-rata terjadi 85 insiden per tahun.
Alasan tepat mengapa paus dan lumba-lumba terdampar di sana belum sepenuhnya diketahui. Namun faktor-faktornya dapat mencakup penyakit, kesalahan navigasi, fitur geografis, pasang surut yang cepat, dikejar predator, atau cuaca ekstrim.
Anggota Dewan Distrik Southland, Bruce Ford, mengatakan tidak biasa bagi paus pilot untuk terdampar di Mason Bay. "Kadang-kadang terjadi, mereka akan memanfaatkannya untuk minyak ikan paus," ujar Ford.
Pada 2011, 107 paus pilot juga ditemukan terdampar di Mason Bay oleh dua wisatawan. Keduanya menemukan paus-paus itu mati dan sekarat di ujung selatan pantai dekat Cavalier Creek.
Baca juga, Data Biota Laut di Indonesia Disebut tidak Sinkron