REPUBLIKA.CO.ID, Sebuah lomba anak-anak jenius di Australia, Child Genius, menjadi ajang munculnya Peter Susanto. Ia putra dari pasangan Henri dan Lenny Susanto asal Jawa Timur. Dia berhasil meraih peringkat ketiga.
Lomba yang ditayangkan oleh jaringan televisi SBS itu berakhir Ahad (25/11) lalu setelah tayang enam episode, bekerja sama dengan MENSA, sebuah organisasi nirlaba yang menghimpun orang-orang yang memiliki IQ tinggi. Peter (12 tahun) bersama adiknya Eva (9 tahun) merupakan anggota MENSA mewakili Northern Terrotory (NT).
Hanya mereka yang memiliki IQ di atas 132 yang bisa diterima keanggotaannya dalam MENSA. Child Genius merupakan ajang lomba bagi anak-anak jenius umur antara 9 dan 12 tahun. Mereka diuji dalam berbagai kategori antara lain matematika, pengetahuan umum, sains, menghapal, mengeja dalam Bahasa Inggris.
Pembawa acaranya yaitu Dr Susan Carland, seorang penyiar TV terkenal di Australia.
Peter dengan salah satu medali yang diperolehnya. (Foto: Istimewa)
Peter sejak awal lomba merupakan salah satu yang difavoritkan untuk menang, karena selalu mendapat nilai terbaik dalam beberapa kategori awal. Hanya saja di babak akhir menjelang final, terjadi kontroversi ketika Peter mendapatkan nilai 19 dari maksimal 20 dalam kategori teknologi masa depan.
Dalam episode tersebut, Henri mengajukan pertanyaan kepada panitia mengenai jawaban anaknya Peter yang dianggap salah. Henri beranggapan pertanyaannya kurang jelas.
Namun seorang juri yang menjadi pemutus akhir tetap mengatakan jawaban Peter salah. Dia harus bertanding lagi dengan seorang peserta perempuan karena sama-sama mendapatkan nilai 19. Di babak 'play off' ini Peter kalah sehingga gagal maju ke babak final, dan hanya meraih posisi ketiga.
Keluarga Henri Susanto bermukim di ibukota NT, Darwin, setelah sebelumnya tinggal di Adelaide. Peter sekarang duduk di kelas 9 sekolah swasta Haileybury Rendall di Darwin.
Walau baru ditayangkan, rekaman acara ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa bulan lalu. Dalam Bahasa Indonesia yang lancar dengan logat Jawa, Peter berusaha mengenang hal positif dari lomba Child Genius.
Dia mengaku sudah bisa melupakan kekecewaannya, meski sampai sekarang dia masih yakin jawaban yang dia berikan dalam lomba tersebut benar. "Saya bisa berjumpa dengan teman-teman yang ikut lomba, dan sampai sekarang saya masih melakukan kontak dengan mereka," kata Peter kepada wartawan ABC Sastra Wijaya.
Peter yang baru merayakan ulang tahun ke-12 bulan Oktober lalu dengan yakin mengatakan ingin menjadi dokter, sekaligus bisa memberikan sumbangan sosial. "Saya ingin jadi dokter yang bisa menemukan obat untuk menyembuhkan banyak orang seperti misalnya HIV atau Ebola," katanya.
Bersambung ke halaman berikutnya..