Selasa 27 Nov 2018 10:46 WIB

Mantan Ketua Tim Kampanye Trump Diduga Berbohong ke FBI

Rusia membantah tuduhan AS yang mengatakan negara itu telah meretas e-mail Demokrat.

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump
Foto: AP Photo/Pablo Martinez Monsivais
Presiden Amerika Serikat Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan ketua tim kampanye Donald Trump, Paul Manafort diduga telah berbohong kepada penyidik FBI terkait kasus dugaan campur tangan Rusia dalam pemilihan presiden AS pada 2016.

Dalam sebuah surat pengajuan yang diberikan ke Hakim Distrik AS Amy Berman Jackson di Washington pada Senin (26/11), Manafort juga dinilai telah melanggar perjanjian pembelaannya.

"Setelah menandatangani perjanjian pembelaan, Manafort melakukan kejahatan federal dengan berbohong kepada Biro Investigasi Federal (FBI) dan Kantor Penasihat Khusus pada berbagai pokok bahasan," tulis Robert Mueller, yang juga menyelidiki kemungkinan adanya kolusi antara Moskow dan tim kampanye Trump.

Mueller menambahkan, kebohongan Manafort itu telah melanggar perjanjian pembelaannya. Sementara pengacara Manafort menjelaskan, kliennya telah bertemu dengan pemerintah pada beberapa kesempatan dan memberikan informasi dalam upaya untuk memenuhi kewajiban kerja samanya.

Manafort mengatakan dalam surat pengajuan yang sama bahwa dia tidak setuju dengan pernyataan Robert Mueller soal ia telah berbohong dan melanggar perjanjian. Mueller dan pengacara Manafort setuju untuk tidak menunda pembacaan hukuman dan meminta pengadilan untuk menetapkan tanggal untuk itu.

Mantan jaksa federal David Weinstein mengatakan, rincian perjanjian pembelaan Manafort menunjukkan pria itu sedang berusaha melindungi orang lain dalam tim kampanye Trump dan menjilat presiden. "Sepertinya dia sedang mengupayakan pengampunan," kata Weinstein.

Manafort, seorang konsultan politik Partai Republik yang menerima bayaran puluhan juta dolar AS saat bekerja untuk politisi pro-Kremlin di Ukraina. Ia menjadi ketua tim kampanye Trump pada pertengahan 2016.

Baca juga, Anak Buah Donald Trump Dipenjara karena Berbohong.

Dia menghadiri pertemuan di Trump Tower pada Juni 2016 dengan sekelompok warga Rusia yang menawarkan informasi negatif terkait calon presiden dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.

Rusia membantah tuduhan AS yang mengatakan negara itu telah meretas e-mail Partai Demokrat dan menggunakan media sosial untuk menjalankan kampanye hitam. Trump juga menyangkal adanya kolusi dan menyebut penyelidikan itu sebagai sebuah perburuan politik.

Manafort telah mulai diselidiki oleh jaksa Mueller pada September tahun ini, setelah ia mengaku bersalah atas persekongkolan melawan AS. Perjanjian pembelaan Manafort mengharuskannya untuk bekerja sama sepenuhnya dengan pemerintah, termasuk memberi kesaksian di hadapan hakim agung atau di pengadilan apa pun. Sebagai imbalannya, Mueller berjanji untuk mengupayakan keringanan hukuman.

Perjanjian tersebut berkaitan dengan satu dari dua kasus yang menjerat Manafort. Dia divonis bersalah oleh hakim pada Agustus lalu atas tuduhan penggelapan pajak dan penipuan bank dalam kasus lain di Virginia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement