Selasa 27 Nov 2018 17:10 WIB

Bangladesh Tunggu Hasil Pemilu untuk Urusi Rohingya

Rencana mengembalikan Rohingya ke Myanmar terhenti.

Rep: Marniati/ Red: Nur Aini
Suasana kamp pengungsi Rohingya Balukhali, Bangladesh,
Foto: Altaf Qadri/AP
Suasana kamp pengungsi Rohingya Balukhali, Bangladesh,

REPUBLIKA.CO.ID, COX'S BAZAR -- Rencana repatriasi dan pemukiman kembali pengungsi Rohingya telah terhenti. Pengungsi enggan untuk kembali ke Myanmar karena masalah keamanan.

Dilansir Anadolu, Selasa (27/11), seorang pejabat pemerintah Bangladesh mengatakan masalah repatriasi dan pemukiman kembali akan diselesaikan oleh pemerintah baru  setelah pemilihan umum akhir tahun. Menurut pejabat yang menjadi narasumber, sebelum pemilu pada 30 Desember mendatang maka tidak ada kemungkinan untuk menyelesaikan repatriasi Rohingya.

Lebih dari 750 ribu Rohingya melarikan diri ke Bangladesh dan berlindung di kamp-kamp sementara di Cox's Bazar sejak 25 Agustus 2017. Rohingya tidak ingin kembali ke Myanmar- negara asal mereka- tanpa hak kewarganegaraan, identitas etnis, jaminan keselamatan, dan kembali ke rumah  mereka. Di sisi lain, mereka juga takut dipindahkan ke Bhasan Char, sebuah pulau yang rentan terhadap banjir dan tanah longsor.

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dijadwalkan membuka permukiman baru bagi 100 ribu pengungsi Rohingya di Bhashan Char pada 3 Oktober lalu. Namun rencana ditunda sampai waktu yang tak ditetapkan. Berdasarkan konsensus kedua negara- Bangladesh dan Myanmar -pada tahap pertama lebih dari 2.200 orang Rohingya direncanakan untuk dipulangkan pada 15 November.

Di tengah ketidakpastian seperti itu, pembangunan Biara Char di sebuah muara Sungai Meghna hampir selesai. Puluhan ribu orang pekerja berpenghasilan rendah di daerah pesisir sungai Bangladesh mengaku senang dengan proyek pemukiman kembali.

Mohammad Rajib (30 tahun) seorang tukang batu dan penduduk asli pulau terpencil lainnya, Hatia, bekerja di proyek pemukiman kembali Rohingya selama sekitar enam bulan. Penghasilan hariannya meningkat dua kali lipat dari sebelumnya.

Seperti Rajib, ribuan pekerja dari seluruh Bangladesh kini bekerja di proyek  Bhasan Char, sebuah pulau kecil berlumpur yang muncul dari Teluk Benggala pada 2006. Di daerah pesisir yang terpencil ini, ratusan pekerja konstruksi dan buruh harian bergerak setiap hari dengan kapal trawl atau perahu mesin ke dan dari Bhasan Char. Mereka senang dengan peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan tersebut.

“Saya pikir setelah menyelesaikan proyek ini, perpanjangan akan dimulai, karena lebih dari satu juta Rohingya tinggal di wilayah Cox's Bazar dan Teknaf (di selatan Bangladesh) dan mereka membutuhkan lokasi baru,” kata Abdur Rahim, seorang pengusaha hotel kecil di Bashan Char. Di wilayah itu memang terdapat hotel kecil dan kedai teh. Pelaku bisnis berharap penghasilan mereka bertambah dengan adanya proyek tersebut.

Baca: Myanmar Tangkap Kapal Rohingya Tujuan Malaysia

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement