REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Tanah Air tahun depan berkisar antara lima sampai 5,4 persen. Bank sentral memprediksi perekonomian pada 2019 akan membaik, meski masih terpengaruh tekanan global.
Kondisi yang membaik tersebut, kata dia, dapat mengangkat Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas atau upper middle income. "Kami proyeksikan pertumbuhan ekonomi bisa lebih tinggi lagi di Kisaran 5,5 persen sampai 6,1 persen pada 2024," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Selasa, (27/11).
Lebih lanjut, kata dia, pertumbuhan ekonomi tahun depan didukung oleh kuatnya permintaan domestik, baik konsumsi maupun investasi. Membaiknya kinerja ekspor juga dapat mendorong pertumbuhan pada 2019.
Sementara itu, defisit transaksi berjalan atau Current Account Deficit (CAD) diperkirakan turun di bawah tiga persen pada tahun depan. "Tahun depan sekitar 2,5 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto)," kata Perry. Seperti diketahui, tahun ini CAD membengkak hingga lebih dari tiga persen.
Dirinya juga optimistis, pertumbuhan kredit perbankan pada 2019 sebesar 10 sampai 12 persen. Sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) diproyeksikan tumbuh 8 sampai 10 persen pada tahun depan.
"Jadi kalau lihat kondisinya, tahun depan akan membaik. Walau kondisi global masih serba tidak pasti," katanya.
Perry pun menegaskan, bank sentral terus bersinergi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) serta mitra kerja lain. Baginya, sinergi merupakan kunci ketahanan serta pertumbuhan ekonomi nasional.