Selasa 27 Nov 2018 19:01 WIB

WHO dan Unicef Kampanye Vaksinasi Polio di Yaman

Kampanye vaksinasi polio sangat disambut oleh warga Yaman.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Vaksinasi polio.
Foto: Reuters/Sara Farid
Vaksinasi polio.

REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- WHO dan Unicef telah meluncurkan kampanye vaksinasi polio di Yaman. Kampanye tersebut menargetkan lima juta anak di negara yang layanan kesehatannya telah lumpuh akibat konflik.

Kampanye vaksinasi itu akan dilangsungkan selama tiga hari, yakni pada Senin (26/11) hingga Rabu (28/11). "Kampanye ini datang pada saat yang sangat penting," ujar perwakilan Unicef di Yaman Meritxell Relano.

Ia mengungkapkan, kurangnya sistem kesehatan yang berfungsi penuh dan meluasnya malnutrisi telah secara drastis meningkatkan risiko penyakit yang dapat dicegah. "Sangat penting semua pihak dalam konflik memungkinkan akses tanpa hambatan guna memungkinkan kami menjangkau semua anak, dari utara ke selatan, timur ke barat, dengan vaksin vital ini," ujar Relano.

Kampanye vaksinasi polio itu sangat disambut oleh warga Yaman. "Terima kasih kepada tim imunisasi, yang dalam masa-masa sulit ini, ketika orang-orang membutuhkan setiap riyal, telah memutuskan untuk melewati setiap rumah, menghemat biaya tranportasi dan upaya untuk masyarakat," kata Abdo Ahmed Ali, warga Yaman yang tinggal di Sanaa.

Bulan lalu, WHO mengatakan Yaman adalah rumah bagi wabah kolera terburuk di dunia. Setidaknya terdapat 10 ribu kasus kolera di negara tersebut. Dari keseluruhan kasus kolera, 16 persen di antaranya terjadi di sekitar pelabuhan Hodeidah. Di wilayah tersebut hanya setengah fasilitas kesehatan yang beroperasi.

Sementata organisasi Save the Children pekan lalu mengatakan, sekitar 85 ribu anak balita di Yaman berisiko tewas akibat kelaparan ekstrem. Hal itu menyebabkan Yaman menjadi negara yang mengalami krisis kemanusiaan terburuk di dunia.

Perang Yaman meletus pada 2014, tepatnya ketika pemberontak Houthi melancarkan serangan dan menguasai Ibu Kota Yaman Sanaa. Pada 2015, koalisi militer yang dipimpin Arab Saudi melakukan intervensi guna mendukung pemerintahan Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi yang diakui secara internasional.

Intervensi militer juga dilakukan karena koalisi Saudi menilai kelompok Houthi sebagai ancaman. Riyadh menuding Houthi memperoleh sokongan dari Iran.

Sejak melakukan agresi ke Yaman, koalisi Saudi telah memberlakukan blokade parsial terhadap pelabuhan Hodeidah. Saudi mengklaim hal itu dilakukan agar pengiriman senjata Iran ke Houthi dapat dihentikan. Iran telah menyangkal bahwa mereka memasok senjata untuk Houthi.

Blokade Saudi terhadap pelabuhan Hodeida berimbas pada terhambatnya penyaluran bantuan kemanusiaan ke Yaman. Hal itu mengakibatkan Yaman kian terpuruk dalam krisis kemanusiaan.

Perang Yaman telah menyebabkan hampir 10 ribu orang terbunuh. Konflik itu pun telah memaksa sekitar 3 juta penduduknya mengungsi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement