REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pembina Mandiri Amal Insani (MAI) Foundation, Tardi menyebutkan, teknologi yang berkembang pesat menjadi tantangan dalam mengembangkan sistem dalam pelayanan zakat, infak, sodaqoh, dan wakaf (ziswaf). Di balik itu semua, perkembangan teknologi menjadi peluang bagi MAI untuk mendorong program-program fundraising agar mampu menjangkau semua elemen.
Tardi mengklaim, kiprah MAI Foundation baru berusia empat tahun, namun perkembangan lembaga mengalami grafik kenaikan yang signifikan. Dari segi pelayanan terhadap muzakki dan mustahik pun mengalami peningkatan.
Dia mencontohkan, semisal pemotongan zakat dan penyaluran infak, sedekah dan wakaf melalui sistem payroll, ATM, e-money, Mandiri Pay, Fiesta Poin dimaksudkan supaya bisa menjadi alternatif dan terarah. Sehingga menjadi berkah bagi muzakki. Adanya teknologi yang secara cepat menginformasikan sebuah kejadian atau berita membuat MAI semakin terdepan dalam menolong mereka yang membutuhkan.
Ia menyampaikan, MAI dengan Tim Respon Cepat Bencana menunjukkan sesi kredibilitasnya dalam mengemban amanah dana kemanusiaan yang diberikan oleh para muzakki. Hal ini nampak dalam dua bencana besar yang menimpa Tanah Air baru-baru ini yakni bencana di Lombok dan Sulawesi Tengah.
"Sejak awal musibah hingga masa pemulihan, MAI selalu ada buat para penyintas musibah, program-program digulirkan, rumah sementara tegak berdiri, warga penyintas menemukan harapannya kembali serta anak-anak semakin yakin akan masa depan mereka," ujarnya dalam siaran persnya yang diterima Republika, Selasa (27/11).
Disebutkan, semangat pengembangan teknologi itu tercetus dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) yang digelar di Bumi Katulampa, Bogor pada 24-25 November 2018. Tujuannya untuk mewujudkan pengelolaan lembaga amil zakat yang sehat sebagai pondasi yang kuat dalam rangka mencapai visi misi lembaga yang modern, terpercaya dan rahmatan lil ‘alamin.
Tardi menegaskan, mengusung tema Philantrophy for Sustainable Development (filantrofi untuk pembangunan berkelanjutan), MAI berpegang pada implementasi program dunia yang tertuang dalam 17 butir Sustainable Development Goals (SDGs). Beberapa butir di antaranya menjadi fokus atau tujuan pokok dari sebuah lembaga sosial, khususnya lembaga zakat.
Seperti tujuan pengentasan kemiskinan, kelaparan, tercapainya kesejahteraan, air bersih dan sanitasi serta pendidikan yang berkualitas. Semua itu ada dalam 17 butir SDGs yang menjadi tujuan lembaga sodial dan zakat.
Ketua MAI Foundation, Tedi Nurhikmat meyakini, jika semua program dapat terlaksana dan didukung oleh banyak pihak termasuk lembaga zakat seperti MAI. Maka tujuan memakmurkan dunia khususnya Indonesia akan tercapai. "Dalam hal ini, perlu adanya sinergi antara lembaga zakat satu dengan lembaga kemanusiaan lainnya yang memiliki visi dan misi yang sama," jelasnya.
MAI sendiri telah bermitra dengan berbagai lembaga. MAI pun akan bermitra dengan Bank Mandiri untuk dapat memfasilitasi para karyawan agar mudah berzakat dengan sistem payroll dari gajinya.