REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Pertahanan Amerika Serikat (AS) John Bolton mengatakan tidak ada rencana Presiden AS Donald Trump bertemu dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman di pertemuan G20 untuk membahas investigasi pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi. Mereka seharusnya dapat bertemu dalam pertemuan yang akan digelar pada 30 November di Buenos Aires, Argentina.
Begitu pula dengan juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders yang mengatakan sampai saat ini tidak ada rencana pertemuan. Tapi ia juga tidak dapat memastikan keduanya tidak akan berinteraksi dalam pertemuan tersebut.
CIA kabarnya sudah memiliki rekaman audio pembunuhan Khashoggi. Bolton mengatakan sampai saat ini ia belum mendengar rekaman tersebut. Bolton menambahkan ia tidak bisa berbahasa Arab karena itu tidak banyak yang bisa ia pelajari dalam rekaman tersebut.
"Saya belum mendengarkannya, mengapa Anda berpikir saya harus melakukannya? Menurut Anda apa yang bisa saya pelajari dari rekaman itu?" kata Bolton, seperti dilansir dari Aljazirah, Rabu (28/11).
Arab Saudi mengaku telah membunuh penulis kolom the Washington Post, Jamal Khashoggi. Pembunuhan tersebut dilakukan di kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki. Peristiwa itu membuat masyarakat internasional geram dengan Arab Saudi, tidak hanya pemerintahan negara-negara Barat yang mengedepankan hak asasi manusia. Tapi juga seluruh aktivis dan pendukung hak asasi manusia di seluruh dunia. Ketika Mohammed bin Salman, penguasa de facto Kerajaan Arab Saudi datang ke Tunisia dia disambut demonstrasi besar-besaran.
Ratusan orang berkumpul di Habib Bourguiba Avenue untuk memprotes kedatangan putra mahkota Arab Saudi itu. Ia dianggap terlibat dan mengetahui rencana pembunuhan Khashoggi yang semasa hidupnya dengan tajam mengkritik pemerintahan Mohammed bin Salman.
"Saya kemarin ke sini dan saya ke sini lagi, mengatakan 'Tidak' kepada pembunuh dan kriminal, Mohammed bin Salman," kata Said Arous, aktivis hak asasi manusia di Tunisia.