REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Populasi imigran ilegal di Amerika Serikat (AS) turun 10,7 juta orang pada 2016 lalu, terendah sejak 2004. Dalam laporan yang dirilis Pew Research Center, hal itu disebabkan semakin menurunnya jumlah imigran ilegal dari Meksiko.
Laporan tersebut berdasarkan data sensus penduduk dan data lainnya pada 2016. Data itu menunjukkan jumlah imigran ilegal di AS terus menurun sejak puncaknya pada 2007.
"Kombinasi kekuatan ekonomi dan penegakan hukum mungkin telah bekerja sama mencegah orang untuk datang, atau mengirimkan mereka kembali pulang," kata salah satu penulis laporan tersebut, D'Vera Cohn, Rabu (28/11).
Presiden AS Donald Trump menjadikan penegakan hukum terhadap imigran ilegal sebagai prioritasnya. Ia juga sedang menekan Kongres untuk mengesahkan anggaran untuk pembangunan tembok perbatasan dengan Meksiko dan menugaskan tentara untuk menahan rombongan imigran dari Amerika Tengah.
Sebelum Trump berkuasa sebenarnya jumlah imigran ilegal dari Meksiko sudah menurun, hal itu mengubah profil demografis imigran tidak sah di AS. Meksiko masih menjadi negara yang paling banyak mendatangkan imigran ilegal ke AS. Tapi jumlah mereka menurun sekitar 1,5 juta orang antara 2007 sampai 2016.
Selama hampir sepuluh tahun itu, jumlah imigran gelap dari Amerika Tengah naik sebanyak 375 ribu orang. Sementara jumlah imigran ilegal dari Meksiko menurun imigran gelap dari Asia naik 22 persen.
Jumlah imigran ilegal yang datang ke AS baru-baru ini lebih banyak yang overstay daripada menyeberang dari perbatasan. Hasil dari penelitian Pew Research itu masih memiliki benang merah dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
Banyak imigran ilegal yang tinggal selama bertahun-tahun di AS dan anak-anak mereka lahir di AS. Di antara 10,7 juta imigran ilegal dua pertiganya orang dewasa yang telah tinggal di AS selama lebih dari satu dekade. Penelitian itu juga menemukan anak-anak dengan kewarganegaraan AS tinggal dengan orang tua atau keluarga yang masih berstatus imigran gelap.