REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Isnawa Adji membenarkan adanya penyu yang mati karena makan sampah plastik. Hal itu lantaran penyu mengira sampah remahan plastik adalah plankton.
“Itu tidak menutup kemungkinan penyu, dan lain-lain, ikut makan. Ikan juga terkadang makan remah-remahan plastik yang mereka kira plankton,” kata Isnawa saat dikonfirmasi pada Rabu (28/11).
Dia mengatakan, hal itu karena Indonesa menjadi negara nomor dua penghasil mikroplastik tertinggi di dunia, selain Cina. Sehingga, dia tak heran, banyak biota laut yang tak bisa membedakan makanannya, termasuk plastik yang bertebaran di laut.
Oleh sebab itu, dia mendorong kepada pemerintah pusat dan juga pemerintah daerah (pemda) setempat untuk menjadikan pengurangan sampah plastik menjadi program nasional. “Nah maksudnya menjadi program nasional bahwa kita harus memerangi sampah plastik sampah di perairan,” kata Isnawa.
Caranya, kata dia, pihaknya juga harus mengawasi ketat di peratian. Di Suku Dinas (Sudin) LH, pihaknya telah menegakkan peraturan Operasi Tangkap Tangan (OTT) sampah plastik.
Pihaknya juga telah mulai mengedukasi para tour guide untuk mengedukasi para wisatawan agar tak membuang sampah ke laut. “Tolong edukasi grupnya untuk tidak membuang sampah saat perjalanan ke Kepulauan Seribu. Jadi terus kita lakukan upaya-upaya begitu,” jelas Isnawa.
Sebelumnya, Kepala Seksi Konservasi Wilayah III Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) DKI Jakarta, Ida Harwati membenarkan tiga penyu mati di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu. Kematian ketiga ekor penyu ini diduga akibat sampah plastik dan minyak mentah.
Ida menjelaskan kematian penyu jenis sisik itu belum bisa dipastikan karena tidak dilakukan pembedahan. Namun pihaknya yakin penyu mati akibat sampah plastik dan tumpahan minyak yang berada di sekelilingnya.