REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mendesak Ukraina dan Rusia menahan diri menyusul terjadinya eskalasi di Selat Kerch, Laut Hitam, pekan lalu. Ia berharap kedua belah pihak menghindari konfrontasi lebih lanjut.
"Sekretaris Jenderal mendesak kedua pihak menahan diri secara maksimum dan mengambil langkah-langkah, tanpa penundaan, untuk menahan insiden ini serta mengurangi ketegangan melalui semua cara damai yang tersedia," kata juru bicara Guterres dalam sebuah pernyataan pada Selasa (27/11).
"Kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina, dalam batas-batas yang diakui secara internasional, sesuai dengan resolusi Majelis Umum dan Dewan Keamanan yang relevan, juga harus dihormati sepenuhnya."
Baca juga, Rusia Tembaki Kapal Ukraina.
Akhir pekan lalu, Rusia menembak dan menawan tiga kapal angkatan laut Ukraina yang melintas di Selat Kerch. Sebanyak 23 awak kapal pun turut ditahan. Moskow mengklaim hal itu dilakukan karena kapal-kapal Ukraina melalukan provokasi dan secara ilegal memasuki wilayah perairan Rusia.
Ukraina menyebut ketiga kapalnya hendak menuju Laut Azov. Untuk sampai di sana, kapal mereka memang harus melewati Selat Kerch. Kiev pun mengklaim telah memberitahu Rusia tentang rute yang akan dilewati ketiga kapal tersebut.
Buntut dari kejadian tersebut, parlemen Ukraina telah menyetujui dekrit Presiden Ukraina Petro Poroshenko untuk memberlakukan darurat militer. Darurat militer diterapkan di beberapa daerah antara lain Vinnytsia, Luhansk, Donetsk, Zaporizhzhia, Mykolayiv, Odesa, Sumy, Chernihiv, Kharkiv, dan Kherson.