REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin, Arsul Sani, mengatakan, hasil survei tidak menjadi rujukan utama. Menurutnya, lembaga-lembaga kadang melakukan survei karena ada asosiasi politik dan kepentingan dengan kelompok tertentu.
"Catatan di masa lalu banyak lembaga survei yang tidak akurat, jadi saya tidak peduli," ujarnya kepada Republika.co.id, Rabu (28/11).
Arsul pun sudah memiliki hasil survei yang fair dan sifatnya pribadi. Tentang lembaga survei yang sudah menyatakan hasil dianggap sudah diarahkan oleh kelompok tertentu. " Ya hanya gimik saja itu lembaga survei yang sudah menyatakan hasil dan menyebarluaskan," katanya.
Jokowi kalah dalam media sosial daripada kubu Prabowo. Menurut Arsul, total pemilih media sosial hanya 31 persen dan media sosial itu udara. Kemudian, yang bisa menggunakan media sosial tidak hanya manusia, robot pun bisa digunakan. Arsil pun mempunyai strategi lain langsung dari pesan Jokowi. " Dengan mikro targeting. Bentuk Konkretnya politik salaman," ucapnya.
Ke depannya pun Arsil akan meningkatkan media sosial dan kerja di darat langsung. Politik salaman bahasa Jokowi atau bisa disebut juga politik silahturahim.
Baca juga: Survei Median Tunjukkan Prabowo Masih Punya Harapan
Seperti diberitakan sebelumnya, lembaga survei Median pada Selasa (27/1) merilis hasil survei elektabilitas terbaru dari dua pasang capres-cawapres. Dalam hasil survei, kedua pasang memiliki selisih 12,2 persen. Direktur Eksekutif Median, Rico Marbun, menyampaikan, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 47,7 persen dan Prabowo-Sandi 35,5 persen.
"Bicara pengalaman pilpres (sebelumnya), selisih ini tidak terlalu tebal, artinya keunggulan ini masih bisa disamakan Prabowo kalau mereka ingin mengejar. Survei ini memberikan warning bagi kedua calon," katanya di Cikini, Selasa (27/11).
Baca juga: Politikus Hanura: Hasil Survei Median Error