Kamis 29 Nov 2018 02:00 WIB

Trump Ancam Batalkan Pertemuan dengan Putin

Pertemuan dikeduanya dilangsungkan pada acara G20 di Brasil

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Teguh Firmansyah
Donald Trump
Foto: AP
Donald Trump

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pernah mengejek mantan presiden Barack Obama saat menghadapi agresi Rusia di Ukraina pada 2014. Namun, empat tahun kemudian, Trump menghadapi dilema yang sama.

Trump sedang mempersiapkan kemungkinan tatap muka dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dalam acara G20 di Argentina pekan ini. Namun beberapa hari sebelum acara tersebut diselenggarakan, Moskow secara dramatis meningkatkan ketegangan dengan Ukraina.

Trump menunggu lebih dari 24 jam setelah kapal Rusia pada Ahad (25/11), sebelum  akhirnya berkomentar mengenai insiden itu. Di hadapan wartawan, Trump mengaku tidak senang dengan kejadian itu dan menurutnya kesalahan mungkin ada di kedua sisi.

Dalam wawancara dengan The Washington Post pada Selasa (27/11), Trump mengatakan ia mungkin akan membatalkan pertemuan dengan Putin. Namun semua itu tergantung pada hasil laporan lengkap tentang bentrokan tersebut.

"Itu akan sangat menentukan. Mungkin saya tidak akan mengadakan pertemuan. Mungkin saya bahkan tidak akan mengadakan pertemuan. Saya tidak suka agresi itu. Saya sama sekali tidak menginginkan agresi itu," ujar Trump, dikutip CNN.

Pengamat Rusia dan bahkan televisi Pemerintah Rusia telah menarik pesan lain dari pernyataan Trump. Mereka menyatakan Trump telah menunjukkan kelemahan dan hal itu akan semakin memudahkan pertemuan mereka di Argentina dan membesarkan hati Putin di panggung global.

"Sikap diam Presiden (Trump) menjelang pertemuan dengan Putin salah arah. Apa yang Trump lakukan sekarang dengan tetap diam adalah bukti bahwa dia sebenarnya presiden yang lemah, yang, dari perspektif Rusia, adalah hal baik yang dapat mereka harapkan," kata Alina Polyakova, pengamat Rusia di Brookings Institution.

Penasihat keamanan nasional Gedung Putih, John Bolton, mengatakan pada Selasa (27/11) bahwa jika kedua pemimpin itu bertemu, Trump akan membahas masalah keamanan, pengawasan senjata, dan masalah regional lainnya dengan Putin. "Saya pikir ini akan menjadi kelanjutan dari diskusi mereka di Helsinki, Finlandia, pada Juli," kata Bolton.

Saat ditanya apakah ketegangan dengan Ukraina akan dibahas oleh keduanya, Bolton menepis dan menegaskan Gedung Putih telah mendukung pernyataan Duta Besar AS untuk PBB, Nikki Haley, di Dewan Keamanan PBB. Sehari setelah bentrokan, Haley mengatakan aksi Rusia terhadap kapal Ukraina telah melanggar hukum dan menimbulkan eskalasi yang sembrono.

Seorang pejabat senior Pemerintah AS mengatakan kepada CNN, Presiden Trump tidak ingin mengatakan apa-apa tentang Ukraina sebelum bertemu dengan Putin. Hal itu karena dia ingin merusak pertemuannya dengan pemimpin Rusia itu.

Menurut mantan duta besar AS untuk Ukraina, Stevel Pifer, sikap diam Trump dapat menempatkan Trump pada posisi yang kurang menguntungkan dalam pertemuannya dengan Putin. "Rusia adalah yang pertama dan paling menguji Ukraina, tetapi mereka juga menguji tanggapan barat," kata Pifer.

"Respons lemah Trump kemarin akan menentukan bagaimana Putin datang ke pertemuan itu, Putin akan berjalan dengan percaya diri bahwa dia bisa memanipulasi dan memainkan Presiden (Trump)," ungkap Pifer.

Masih belum jelas apa yang dibahas Putin dan Trump dalam pertemuan pribadi mereka di Helsinki. Namun rasa hormat Trump kepada Putin dan penolakannya untuk mengkritik Putin tidak menunjukkan bahwa dia ada dalam posisi yang kuat.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement