Kamis 29 Nov 2018 14:36 WIB

Pertamina Jajaki Pembangunan Green Refinery

Kilang ini khusus mengolah vegetasi seperti sawit, tebu dan lainnya menjadi biofuel.

Menko Perekonomian Darmin Nasution didampingi Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin, Komisi VI DPR RI Supratman Andi Agtas, President Director PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati bersama empat pejabat lainnya secara resmi membuka Pertamina Energy Forum 2018 di Jakarta, Rabu (28/11).
Foto: Pertamina
Menko Perekonomian Darmin Nasution didampingi Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin, Komisi VI DPR RI Supratman Andi Agtas, President Director PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati bersama empat pejabat lainnya secara resmi membuka Pertamina Energy Forum 2018 di Jakarta, Rabu (28/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina menyiapkan sejumlah rencana pengembangan bisnis ke depan dalam rangka mengoptimalkan kekayaan alam Indonesia. Langkah ini diperlukan untuk mengantisipasi pertumbuhan ekonomi dan kebutuhan energi nasional yang meningkat setiap tahun.

Sebut saja terkait biofuel. Direktur Utama PT Pertamina (persero), Nicke Widyawati, mengungkapkan saat ini Pertamina tengah menjajaki studi pembangunan Green Refinery di Indonesia. Green Refinery ini berupa kilang yang khusus mengolah vegetasi seperti sawit, tebu dan lainnya menjadi biofuel.

“Untuk mendukung program pemerintah menurunjan defisit transaksi berjalan, kami berencana memproduksi B20, pengurangan impor BBM dan gas elpiji. Kalau kita bisa kurangi impor 225 ribu barel itu akan sangat membantu program pemerintah tersebut. Sementara untuk B20 kita akan mulai kembangkan proyek green energy di Dumai dan Plaju,” ujar Nicke.

Nicke memaparkan rencana itu dalam pembukaan Pertamina Energy Forum (PEF) 2018 yang dihelat Rabu (28/11) di Hotel Raffles, Jakarta. Tahun ini, PEF mengambil tema “Unleashing Domestic Resources for Energy Security”. Acara ini menjadi wadah para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk mendapatkan informasi terkini dan akurat mengenai upaya Pemerintah dan Pertamina dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.

Sementara, dalam sambutannya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menekankan peran Pertamina sebagai perusahaan minyak dan gas terbesar di Indonesia. BUMN Migas ini diharapkan dapat membantu program pemerintah untuk mengembangkan bahan bakar bakar diesel 20 persen (B20). “Pertamina sebagai batu penjuru, pemimpin dalam mengembangkan B20,” katanya saat membuka PEF 2018.

PEF 2018 kali ini sekaligus menjadi bagian dari rangkaian acara dalam memperingati Hari Ulang Tahun Pertamina ke-61 pada Desember mendatang. Acara dihadiri lebih dari 1.000 orang baik dari pengambil kebijakan di bidang energi, perwakilan pejabat pemerintah dan pengamat serta ahli energi.

“Dengan tema tersebut, kami ingin mengajak seluruh pihak untuk menilik kembali kekayaan yang sudah tersedia di alam Indonesia, dan bertukar pikiran untuk mengoptimalkannya menjadi sumber energi, demi mencapai cita-cita ketahanan dan kemandirian energi nasional,” kata Nicke.

Melalui PEF 2018 ini, Pertamina juga ingin memperkaya khasanah keilmuan di bidang energi dari pelaku industri yang memiliki pengetahuan, keahlian dan teknologi dalam subjek tersebut. Kegiatan kali ini sekaligus menjadi momentum membuka peluang kerja sama dengan para pelaku industri, pemerintah, serta berbagai pihak lainnya untuk dapat mengakselerasi kemampuan Pertamina.

Selain itu, forum ini untuk memberikan kebijakan energi masa depan, pengembangan sumber energi dan sarana penunjangnya, serta peluang investasi dalam kerangka ketahanan energi nasional. Pertamina menyadari, permintaan energi akan terus meningkat setiap tahunnya.

Indonesia diperkirakan akan semakin tumbuh dan tercatat populasinya naik sekitar 1,24 persen per tahun. Perekonomian juga tumbuh 5,2 sampai 5,3 persen pada tahun 2019 mendatang. Seiring dengan meningkatnya hal tersebut, Pertamina memperkirakan permintaan energi juga terus meningkat.

Permintaan energi dari sektor kelistrikan diproyeksikan meningkat 8,15 persen per tahun hingga 2030. Sementara pertumbuhan permintaan energi dari sektor transportasi diproyeksikan sekitar 3,43 persen per tahun.

photo
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memberikan sambutan saat pembukaan Pertamina Energy Forum (PEF) 2018 di Jakarta, Rabu (28/11).

 

Tak hanya itu, pemerintah Indonesia memiliki rencana yang sangat agresif dalam membangun infrastruktur dari tahun 2015 hingga 2019. Infrastruktur itu mencakup pembangunan jalan baru sepanjang 2.600 kilometer (km), jalan tol sepanjang 1.000 km, 15 lapangan udara, 24 pelabuhan serta rel kereta api baru sepanjang 3.258 km. Seluruh pembangunan ini nantinya akan mendorong mobilisasi orang dan barang secara masif, yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan kebutuhan energi di masa mendatang.

Situasi seperti ini tentunya membuka kesempatan besar bagi seluruh pemain energi termasuk bagi Pertamina. Namun di sisi lain, ada tantangan ini juga perlu mendapat solusi. Yakni, bagaimana pasokan energi harus di amankan untuk dapat mengimbangi pertumbuhan populasi, ekonomi, infrastruktur serta permintaan energi tersebut.

 

Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN, Fajar Hari Sampurno, juga menyampaikan sambutannya. BUMN mengharapkan forum ini bisa menjadi ajang tukar pikiran baik dari mitra maupun pelaku usaha. “Terkait B20 Pertamina sudah siap dan ingin mempercepat itu dengan tetap mempertahankan kualitas,” imbuhnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement