REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Petro Poroshenko telah mendesak Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk mengerahkan kapal-kapal lautnya ke Laut Azov. Permintaan itu disampaikan di tengah kebuntuan hubungan antara Ukraina dan Rusia.
"Kami berharap negara-negara yang ada di dalam NATO sekarang siap untuk merelokasi kapal-kapal laut ke Laut Azov untuk membantu Ukraina dan memberikan bantuan keamanan," kata Presiden Poroshenko dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Jerman, Bild, pada Kamis (29/11).
Dalam konfrontasi yang terjadi pada Ahad (25/11), penjaga pantai Rusia menembaki dan menyita tiga kapal angkatan laut Ukraina yang berusaha menyeberang dari Laut Hitam ke Laut Azov melalui Selat Kerch. Wilayah itu dekat dengan daratan utama Rusia dan Semenanjung Krimea yang dianeksasi dari Ukraina.
Ukraina bersikeras kapal-kapalnya beroperasi sesuai dengan peraturan maritim internasional. Sementara Rusia mengatakan kapal-kapal itu gagal mendapatkan izin untuk lewat.
Pada Selasa (27/11), NATO telah menyerukan Rusia agar membebaskan tiga kapal Ukraina beserta 23 awaknya. NATO sendiri telah menyatakan dukungannya untuk Ukraina.
"Tidak ada pembenaran dalam penggunaan kekuatan militer Rusia terhadap kapal-kapal Ukraina dan personel angkatan lautnya. Kami menyerukan kepada Rusia agar membebaskan para pelaut Ukraina dan kapal yang disita tanpa penundaan," kata NATO dalam sebuah pernyataan, dikutip Anadolu.
Mengingat penggunaan kekuatan militer Rusia terhadap Ukraina di dekat Laut Azov dan Selat Kerch, NATO meminta Moksow memastikan akses tanpa hambatan ke pelabuhan Kiev serta memungkinkan kebebasan navigasi.
"Kami menegaskan kembali dukungan penuh kami untuk kedaulatan Ukraina dan integritas teritorial dalam batas-batas yang diakui secara internasional," ujar NATO.