REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pembangunan pasar darurat Pasar Legi, Kota Solo, Jawa Tengah, telah selesai dikerjakan. Para pedagang Pasar Legi akan menempati pasar darurat pada Jumat (7/12) pekan depan.
Berdasarkan pantauan Republika.co.id, Kamis (29/11), kios pasar darurat di Jalan Sabang telah selesai dikerjakan. Kios berukuran 2x3 meter tersebut pintunya telah digembok secara rapi.
Pemerintah Kota (Pemkot) Solo juga telah menyerahkan kunci kios kepada para pedagang pada Selasa (27/11). Totalnya terdapat 130 kios pasar darutat di Jalan Sabang. Sementara itu, pasar darurat di halaman parkir utara Pasar Legi juga sudah selesai dibangun.
Bangunan tersebut diperuntukkan bagi pedagang los. Sejumlah pedagang terlihat memanfaatkan sisi paling pinggir untuk membuka lapak maupun untuk lokasi mengupas bawang. Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo, mengatakan, acara boyongan pedagang Pasar Legi ke pasar darurat akan dimeriahkan dengan prosesi kirab.
Rute kirab dimulai dari bangunan sisi selatan menuju pasar darutat yang terletak di sisi utara. Wali Kota sengaja memilih Jumat Legi sebagai hari penempatan pedagang ke pasar darurat.
"Yang pasti Jumat Legi itu hari baik karena besoknya juga akhir pekan. Harapannya banyak pengunjung datang ke pasar," ujarnya, kepada wartawan, Kamis (29/11).
Pada hari boyongan tersebut, pedagang sudah bisa melakukan aktivitas jual beli di pasar darurat. Pemkot juga mempersilakan para pedagang untuk menata barang dagangannya sebelum acara boyongan.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan Kota Solo, Subagiyo, mengatakan pemkot telah membagikan penempatan pasar darurat bagi pedagang Pasar Legi. Secara rinci, 130 kios, 750 los, dan 700-an pedagang oprokan atau pelataran.
Pedagang kios akan menempati pasar darutat di Jalan Sabang. Pedagang los akam menempati pasar darurat di halaman parkir utara. Sedangkan pedagang pelataran ditempatkan di ruas-ruas jalan sekitar Pasar Legi.
Nantinya, penempatan pedagang ke pasar darutat akan dilakikan dengan boyongan dari pasar lama ke pasar darurat. Rutenya, dari sisi selatan pasar yang terbakar melewati Jalan S Parman dan berakhir di pasar darurat.
"Sekarang pembangunan pasar darurat tinggal penyempurnaan saja. Misalnya untuk lokasi pedagang los masih menunggu pemasangan instalasi listrik selesai dan pembuatan talang air," ujar dia.
Ia menambahkan, dalam penempatan pedagang di pasar darurat nantinya menggunakan sistem zonasi. Pemkot menetapkan lima zonasi bagi pedagang, meliputi zonasi kuliner, gerabahan, kelontong, sayur-mayur, dan ikan atau daging.
Sejauh ini belum ada komplain dari pedagang terhadap rencana zonasi tersebut. "Jika ada yang tidak berkenan, bisa mengajukan keluhan atau usulan kepada lurah pasar atau melalui paguyuban untuk mencari solusinya," imbuh Subagiyo.
Di sisi lain, pemkot juga menyiapkan proses pembangunan fisik Pasar Legi yang terbakar pada akhir Oktober 2018. Tahapan pembangunan Pasar Legi dengan terlebih dahulu melakukan penghapusan aset terhadap bangunan tersebut.
Sebelum dihapus asetnya, terlebih dahulu dilakukan penaksiran bangunan yang terbakar. Selanjutnya, Pemkot akan melakukan lelang penghapusan aset, baru bangunan tersebut bisa dibongkar. Saat pembongkaran tersebut, status bangunan sudah dihapus dari neraca aset.
"Kami menargetkan Januari 2019 bangunan lama sudah dibongkar, kemudian tinggal menunggu pembangunan pasar yang baru," ujarnya.
Setelah lelang penghapusan aset, pemkot melakukan lelang detail engineering design (DED) bangunan baru Pasar Legi. Selanjutnya, baru dilakukan lelang pembangunan fisik bangunan pasar. Lelang penghapusan aset dan DED diperkirakan membutuhkan waktu masing-masing satu bulan.