REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Calon Legislatif dari Partai Amanat Nasional (PAN) Mustofa Nahrawardaya menjelaskan empat kelompok harus menghadiri Reuni Akbar 212 di Monas, Jakarta, pada Ahad (2/12) mendatang. Ia mengatakan Reuni 212 ini harus dimaknai sebagai ruang berdemokrasi di mana masyarakat berkumpul menyampaikan pendapatnya.
Mustofa menyebutkan pendukung demokrasi menjadi kelompok pertama yang harus hadir pada Reuni Akbar 212. Kelompok kedua, yakni umat Islam di Indonesia.
Kelompok ketiga, kelompok yang mendukung pancasila sila pertama, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa. Kelompok keempat terdiri dari lima kelompok yang menjadi sasarn reuni 212.
Lima kelompok sasaran Reuni Akbar 212, yakni para bapak, para emak, laki-laki, perempuan, dan milenial. Alasannya, Mustofa menyebutkan, lima kelompok ini sering menerima kabar-kabar ketakutan mengenai Persaudaraan Alumni 212.
“Mereka harus ikut agar mendengarkan sendiri dan menyaksikan kegiatan 212,” kata dia kepada Kamis (29/11).
Mustofa mengatakan Reuni Akbar 212 sangat penting untuk mengembalikan Muslim dan Indonesia kepada nilai-nilai Islam. Ia mengatakan Indonesia merupakan negara Muslim, tetapi tidak menunjukan akhlak Islam.
Ia mencontohkan acara televisi mempertontonkan makian antarsesama, dan sikap tidak menghormat dianggap sudah biasa. Karena itu, Mustofa ingin agar negara ini kembali ke Alquran dan hadis untuk mengatur umat Islam.
Akan tetapi, ia menegaskan, Reuni Akbar 212 merupakan acara yang memfokuskan pada kesatuan dan persatuan. Sebab, Indonesia akan menghadapi periode terberat, yakni Pemilu. “Jadi kami menyatu untuk lebih kuat," ujarnya.
Mustofa pun menyinggung motif politik dalam Reuni 212. Ia mengatakan kasus penistaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memang sudah selesai dengan vonis yang diterima mantan gubernur DKI Jakarta itu.
Akan tetapi, ada partai-partai yang memiliki unsur Ahok. “Masih adalah jaringan kepentingan Ahok di partai politik, ekonomi, dan budaya,” kata dia.
Ia menambahkan pemerintah tidak bisa menghindar dengan acara reuni 212 ini. “Mau datang ke istana negara tidak pernah diterima dengan baik," ucapnya.