REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pabrik karet sintetis pertama di Indonesia diprediksi mampu mendatangkan devisa hasil ekspor hingga 250 juta dolar AS. Nilai tersebut didapatkan produksi Polybutadiene Rubber dan Solution Styrene Butadiene Rubber tahap pertama milik PT Synthetic Rubber Indonesia (SRI) dengan kapasitas produksi terpasang hingga 120 ribu ton per tahun.
Presiden Direktur SRI Brad Karas mengatakan, dua produk karet sintetis yang dihasilkan itu mengambil bahan baku petrokimia dari PT Chandra Petrochemical Tbk. Apabila sudah diolah menjadi produk setengah jadi, akan digunakan sebagai komponen utama untuk hasilkan ban ramah lingkungan.
"Dengan begitu, akan ada nilai tambah yang didapatkan untuk Indonesia," ujarnya saat peresmian pabrik di Cilegon, Banten, Kamis (29/11).
Brad menjelaskan, untuk mendapatkan kapasitas 120 ribu ton setidaknya dibutuhkan proses setahun. Proses produksi di pabrik sudah mulai berjalan sejak Agustus yang menghasilkan sekitar 8.000 ton.
Sisanya, sekitar 100 ribu ton akan diproduksi pada tahun depan. Untuk mencapai kapasitas terpasang 120 ribu ton, baru bisa terjadi pada masa produksi berikutnya.
Brad optimistis, ekspor ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Sebab, kebutuhan terhadap karet sintetis sebagai bahan utama ban akan terus dirasakan.
"Mobilitas menjadi hal penting untuk manusia, sehingga ban akan terus dibutuhkan," ucapnya.
SRI merupakan perusahaan gabungan (joint venture) hasil kerja sama Michelin dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk yang didirikan pada 17 Juni 2013 lalu dengan kepemilikan saham masing-masing sebesar 55 persen dan 45 persen. Nilai investasi dari hasil kerja sama tersebut mencapai 435 juta dolar AS.
Sementara itu, Senior Vice President Merger and Acquisition Michelin Group Luc Minguet mengatakan, ekspor karet sintetis hasil SRI akan ditujukan ke berbagai belahan dunia. Tapi, utamanya ke pabrik Michelin di seluruh Eropa. "Ke Prancis, Jerman, Spanyol dan beberapa ke Amerika juga," ujarnya.
Pabrik di Cilegon ini merupakan pabrik karet sintetis ketiga Michelin secara global. Dua lainnya sudah dibangun di Prancis dan Amerika Serikat. Karena merasa membutuhkan pasokan lagi, Luc menjelaskan, pihaknya memutuskan membangun di Indonesia.
Luc mengatakan, pabrik di Cilegon adalah salah satu pabrik paling modern yg menghasilkan produk bermutu. Upaya memenuhi permintaan global yang tinggi terhadap produk ban telah memacu permintaan produksi karet sintetis. Hal ini menjadi faktor utama mengapa Michelin memilih membangun pabrik karet sintetis ketiganya di Indonesia.
Untuk dapat memenuhi standar manufaktur, Michelin juga menyediakan pelatihan dan dukungan bagi para tenaga ahli SRI dari Indonesia sehingga mereka dapat mengembangkan kompetisi lokal sekaligus mendukung perkembangan daya saing nasional.