REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Sebuah organisasi paramedis internasional menyatakan kesulitan menangani korban luka dari pihak Palestina yang terus bertambah beberapa hari terakhir. Dokter Lintas Batas atau disebut MSF mengatakan, pihaknya mendapat ribuan korban luka akibat serangan tentara Israel sejak protes besar-besaran warga Palestina dimulai pada Maret lalu.
Para korban yang terpaksa tidak dapat ditangani dengan maksimal karena keterbatasan tenaga medis, fasilitas dan obat-obatan, harus mengalami infeksi bahkan kelumpuhan permanen. Anggota paramedis dari Doctors Without Borders itu menghitung kira-kira korban luka yang ia lihat mencapai 6.000 orang. Sekitar 1.000 orang, dilaporkan harus diamputasi bahkan tewas.
"Pasien sebanyak ini seharusnya mendapat perawatan medis terbaik di dunia. Tapi di Gaza, ini merupakan sebuah kemustahilan," kata dia seperti dikutip Al-Jazeera, Kamis (29/11) waktu setempat.
#Palestine: The healthcare system in #Gaza is crumbling under the demand.
We're witnessing a slow-motion healthcare emergency unfolding: https://t.co/VHvwSMl7NF pic.twitter.com/Ofk9GWjo37
— MSF International (@MSF) November 29, 2018
LSM tersebut meminta pemerintah Israel untuk mempersilakan korban yang terluka agar mendapat perawatan medis sesuai kebutuhannya. "Konsekuensinya, jika para korban tidak diberikan perawatan dengan luka parah seperti itu mereka akan lumpuh permanen dan tergantung dengan bantuan keluarganya," ucapnya.
Hingga saat ini, tentara Israel masih memblokade jalur Gaza sejak Maret lalu. Di sisi lain, Hamas, tetap memasok senjata untuk menyerang tentara Israel.
Setidaknya 235 warga Palestina terbunuh sejak kerusuhan pecah Maret lalu, kebanyakan korban tewas disebabkan oleh tembakan tentara Israel, baik dari senjata api, tank, dan serangan udara.
Dalam periode yang sama, dua tentara Israel tewas karena ditembak oleh penembak jitu Palestina dan tewas karena tertembak oleh sesama tentara Israel dalam sebuah operasi di jalur Gaza.