REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bumi Resources Tbk berharap kinerja bisnis tahun depan berjalan baik di tengah pembatasan impor batu bara oleh Cina. Pada tahun ini, perseroan menargetkan pendapatan hingga 5 miliar dolar AS.
"Ada larangan soal impor batu bara, selama November sampai Desember dia tidak mau impor. Hanya saja mungkin tahun depan sudah berjalan lancar," ujar Direktur dan Corporate Secretary bumi Resources Dileep Srivastava kepada wartawan di Jakarta, Kamis, (29/11).
Potensi pasar batu bara di Cina dinilai besar. Porsi ekspor Bumi Resources ke Cina sekitar 15 persen.
"Dalam jangka panjang, konsumsi batu bara di Cina berpotensi tumbuh empat miliar ton pada 2040. (Saat ini) konsumsi Cina terhadap batu bara sekitar tiga miliar ton," katanya.
Lebih lanjut, kata dia, perusahaan tambang berkode saham BUMI ini menargetkan pendapatan lebih dari 5 miliar dolar AS pada 2019. Hanya saja, pencapaian itu tergantung kondisi pasar.
"Revenue tergantung pasar. Kalau pasar normal dan harga batu bara oke (tahun depan) maka bisa 5 miliar dolar AS mungkin lebih," ujar Dileep.
BUMI menargetkan produksi batu bara tahun depan berkisar 90 juta Metric Ton (MT) sampai 93 juta MT. Selama 2018, kata dia, produksi batu bara perseroan sekitar 80 juta MT hingga 83 juta MT. "Pada 2020 produksi kami mungkin bisa capai 100 juta MT," kata Dileep.
Pada kesempatan itu, dirinya juga mengungkapkan, saat ini permintaan batu bara berkalori tinggi sangat besar. Harganya pun melebih 100 dolar AS per ton.
Sedangkan untuk batu bara berkalori rendah justru ada sedikit tekanan harga. Hal itu karena terdampak dari kebijakan Cina serta pelemahan nilai tukar India terhadap dolar AS.