REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Kanada merilis data terbaru terkait statistik kejahatan kebencian di negara itu. Dalam laporan itu diketahui, kejahatan kebencian di Kanada meningkat 47 persen pada 2017. Target utamanya yaitu Muslim, Yahudi dan orang kulit hitam.
Seperti dilansir the Guardian, Jumat (30/11), berdasarkan statistik itu diketahui kejahatan kebencian terhadap Muslim mengalami peningkatan paling besar. Salah satunya berkaitan dengan insiden penembakan massal di sebuah masjid Quebec, Kanada.
Menurut FBI, lonjakan itu mencerminkan peningkatan kejahatan kebencian di selatan perbatasan Amerika Serikat (AS). Kenaikan ini telah terjadi selama tiga tahun terakhir. "Kami terkejut dengan statistik itu - dan, pada saat yang sama, kami juga tidak terkejut. Peningkatan ini tidak terjadi dalam 'ruang kosong'," kata Ihsaan Gardee, direktur eksekutif Dewan Nasional Muslim Kanada.
Menurut anggota dewan kelompok advokasi Anti-Hate Network, Amira Elghawaby warga Kanada masih mudah terpengaruh dengan retorika anti Islam yang datang dari AS. "Ini adalah perbatasan yang bukan hanya menyalurkan orang dan barang tetapi juga ide," katanya.
Baca juga, Islamofobia dan Kegundahan Muslim Amerika.
Menurut survei korban, dua pertiga dari kejahatan ini tidak dilaporkan. Jumlah kejahatan kebencian yang menargetkan umat Islam meningkat lebih dari dua kali lipat, dari 139 menjadi 349.
Sementara itu jumlah kejahatan kebencian yang menargetkan orang kulit hitam meningkat 50 persen menjadi 321 dari 214. Dan jumlah kejahatan kebencian yang menargetkan orang-orang Yahudi meningkat menjadi 360 dari 221.
Belum diketahui apakah tren kejahatan kebencian ini akan berlanjut hingga 2018. Namun telah terjadi beberapa insiden yang menargetkan muslim dan Yahudi. "Kami mengikuti ini dengan seksama. Dan kami akan terus meningkatkan suara kami untuk tindakan yang lebih terkoordinasi di seluruh dewan pengurus," kata Gardee.