REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membantah tuduhan sejumlah pihak yang menyebutkan bahwa Pemerintah Republik Indonesia (RI) hanya mesra dengan Cina.
"Kita mesra dengan siapa saja, negara mana saja, asalkan mereka bawa duit investasi di Indonesia," ujar Luhut dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (30/11).
Meski demikian, negara yang ingin berinvestasi di Tanah Air harus mematuhi empat persyaratan, yakni pertama membawa teknologi terbarukan dan ramah lingkungan. Kedua, harus memiliki nilai tambah untuk masyarakat yang ada di sekitar tersebut. Luhut memberi contoh industri nikel yang ada di Morowali, Sulawesi Tengah, yang tidak hanya melakukan penambangan nikel tetapi juga melakukan pengolahan lanjutan hingga menjadi baja stainless dan juga baterai lithium.
"Kita yang kontrol. Kita penghasil nikel terbesar di dunia, maka kita bisa mengatur harga nikel yang ada di pasaran," katanya.
Ketiga, kata dia, diperbolehkan untuk menggunakan tenaga kerja asing hingga empat tahun pertama. Tapi dengan catatan, industri harus mendirikan politeknik dan harus mentransfer teknologi kepada masyarakat.
Luhut menjelaskan di Morowali sudah ada politeknik industri logam, yang pengajarnya merupakan para ahli logam Tanah Air. "Mereka (industri) itu juga harus transfer pengetahuan kepada warga setempat, sehingga nantinya lulusan politeknik ini akan menggantikan para tenaga kerja asing itu," kata dia.
Syarat keempat yakni harus ada transfer teknologi dari pihak industri ke tenaga lokal. Dalam hal ini, pihak pemerintah turut melibatkan para peneliti dari sejumlah perguruan tinggi di Tanah Air.