Ahad 02 Dec 2018 00:07 WIB

PGI Berharap Reuni 212 Perkuat Demokrasi

PGI berharap jangan sampai ada politisi yang memanfaatkan Reuni 212.

Rep: Umar Mukhtar, Umi Nur Fadhilah/ Red: Ratna Puspita
Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pdt Albertus Patty (kanan).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Ketua Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI), Pdt Albertus Patty (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) Albertus Patty menyatakan mendukung agenda Aksi Reuni 212 yang digelar pada Ahad (2/12) besok. Sebab pada prinsipnya, setiap warga negara punya hak untuk menyampaikan pendapatnya.

Namun, ia mengingatkan agar aksi tersebut harus bertujuan memperkuat demokrasi. "Kami mendukung kegiatan-kegiatan seperti ini, tapi harus dilihat lagi apakah ini memperkuat demokrasi atau tidak," kata dia kepada Republika.co.id, Sabtu (1/12).

Karena itu, ia berharap jangan sampai ada politisi yang memanfaatkan momen itu. "Warning-nya adalah jangan sampai politisi-politisi menggunakan hal-hal seperti ini untuk menghancurkan demokrasi dari dalam. Seperti yang kita tahu masyarakat Indonesia itu bhinneka tunggal ika," ujar dia.

Albertus juga mengaku bangga dengan umat Islam di Indonesia karena menjadi satu kekuatan yang sangat membangun dan memperkuat demokrasi. Di sisi lain, Albertus menilai, tidak bisa dinafikan adanya anggapan bahwa aksi tersebut terkait dengan politik.

"Karena ada di tahun politik, semua orang pasti melihat dari kacamata politik. Kami sebenarnya enggak menganggap itu, tapi dalam konteks tahun politik, apalagi melibatkan massa begitu banyak pasti melihat dari kacamata politik," kata dia.

Albertus juga mempertanyakan maksud diselenggarakannya aksi tersebut. "Dulu kan ada tujuan yang hendak dicapai, ini tujuannya untuk apa. Untuk kami sih enggak jelas, apalagi di tahun politik yang tinggal beberapa bulan lagi," kataya.

Terpisah, Ketua Umum Badan Musyawarah Umat Nasrani DKI Jakarta Jon Lokollo menjelaskan undangan bagi masyarakat umum, atau yang bukan beragama Islam, untuk menghadiri Reuni 212. Ia mengatakan undangan kegiatan Reuni 212 untuk masyarakat yang tidak beragama Islam menjadi solusi menentramkan dan mendinginan situasi yang memanas di Indonesia. 

"Besok Reuni 212 mengundang tokoh lintas agama, solusi agar bangsa dan agama tenteram dan buat situasi negara lebih kondusif," kata Jon dalam konferensi pers bersama panitia Reuni 212 di Hotel Alia Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (1/12).

Jon beranggapan, kondisi dan situasi yang tenteram sesuai dengan amanah UUD 1945 dan sila kelima Pancasila, yakni Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. "Kalau tak kondusif, tak akan rukun, tak akan damai, maka keadilan sosial tak akan tercapai," ujar Jon.

Dia mengatakan undang-undang tersebut menjadi rambu-rambu ihwal bagaimana bangsa dan sesama umat beragama di Indonesia harus rukun. Sebab, dia berujar, perbedaan yang terkandung di Tanah Air menjadi kekuatan politik, demokrasi, sosial, ekonomi bangsa Indonesia.

Jon beranggapan silaturahmi kebangsaan adalah keinginan dari warga negara yang jengah dengan iklim politik yang memanas. "Persatuan tokoh agama agar negara lebih aman, semakin sejahtera, berdaulat. Indonesia tetap bersinar tak kalah dengan bangsa lain di Asia Tenggara," kata dia.

Perwakilan dari Gereja Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP) Pendeta Etika Hia mengatakan berdasarkan keterangan yang didapat dari panitia, acara Reuni 212 bukan agenda politik. Dia mengatakan, acara tersebut adalah silaturahmi dan kegiatan berdoa untuk bangsa Indonesia.

"Doa untuk kebangsaan lebih baik ke depan, biarlah pileg ini berjalan baik dan kampanye suka cita, ada keceriaan bersama," kata Etika.

Panitia Reuni 212 menyatakan akan menyambut umat Nasrani yang bergabung dalam Reuni 212. “Kami mempersilahkan dan menyambut segala hormat,” kata Koordinator Dewan Pengarah Reuni 212 Ustaz Yusuf Muhammad Martak dalam konferensi pers di Hotel Alia Cikini, Menteng, Jakarta Pusat (Jakpus), Sabtu (1/12).

Dalam Reuni 212, umat Nasrani menjadi  tamu sebangsa dan setanah air dengan Muslim Indonesia. Karena itu, mereka patut dihormati.

Slamet menjelaskan banyak kalangan di luar umat Islam yang bertanya esensi kegiatan Reuni 212. Sebab, dia mengatakan, atas dasar rasa penasaran tersebut, banyak perwakilan di luar Muslim yang tertarik hadir melihat kegiatan Reuni 212.

Ustaz Yusuf menyatakan panitia Reuni 212 sangat senang mendapat atensi dari umat non-Muslim. Apalagi, ada ketertarikan dari mereka ikut serta dalam kegiatan itu. “Intinya bisa hadir dan menyaksikan bagaimana kegiatan besar yang aman, tentram, damai, bersih. Ini bangsa bernegara yang baik,” ujar dia.

Ahad (1/12) hari ini, aksi reuni 212 diselenggarakan. Aksi ini pun menuai pro dan kontra. Bahkan Kapitra Ampera, mantan pengacara Habib Rizieq Shihab, akan menggelar aksi tandingan. Pihak kepolisian pun menyampaikan tanggapannya. 

Direktorat Intelijen Keamanan Polda Metro Jaya telah menerima surat pemberitahuan kegiatan Forum Silaturahmi yang digagas Kapitra Ampera dan rencananya digelar juga di Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat. Tapi, intelijen menyarankan agar kegiatan tersebut ditunda terlebih dahulu.

"Setelah intelijen ya, kan setelah pemberitahuan ada surat intelijen yang akan masuk, yang akan melihat kira-kira seperti apa. Dan dari intelijen menyarankan kepada panitia untuk ditunda pelaksanaannya," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement