Selasa 04 Dec 2018 00:03 WIB

Inflasi Terjaga, BPS: Persiapan Pemerintah Lebih Matang

Pemerintah diminta mewaspadai inflasi bahan pangan pada Desember mendatang.

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Friska Yolanda
Ilustrasi Inflasi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menilai, pemerintah pada akhir tahun ini lebih sigap dalam mengendalikan stabilitas harga. Hal ini tercermin dalam inflasi November 2018 yang sebesar 0,27 persen dan justru turun dibandingkan inflasi Oktober 2018 yang sebesar 0,28 persen. Sementara, kata Suhariyanto, berdasarkan tren sebelumnya, inflasi November kerap mengalami lonjakan lantaran faktor musiman akhir tahun. 

"Bukan karena daya beli, tapi antisipasi pemerintah bahwa akhir tahun terjadi kenaikan harga. Sehingga, persiapannya jauh lebih matang," kata Suhariyanto dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (3/12). 

Suhariyanto merinci, inflasi pada November 2017 adalah sebesar 0,2 persen. Angka itu melonjak jika dibandingkan inflasi Oktober 2017 yang sebesar 0,01 persen. Begitu pula dengan inflasi November 2016 yang sebesar 0,47 persen atau melonjak dari 0,14 persen pada Oktober 2016. 

Dia menyebut, pola inflasi November 2018 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Dia menyebut, penyumbang utama inflasi bulan lalu adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Sementara, pendorong inflasi pada November 2017 adalah kelompok bahan pangan dengan cabai merah memberikan andil sebesar 0,06 persen, beras memberikan andil sebesar 0,03 persen, dan bawang merah dengan andil inflasi sebesar 0,02 persen.  

Kendati demikian, Suhariyanto meminta pemerintah mewaspadai inflasi bahan pangan pada Desember mendatang. Ini karena tahun lalu, stok beras di Bulog berada di bawah 1 juta ton dan komoditas pangan itu pun memicu lonjakan inflasi pada Desember 2017. Kala itu, inflasi mencapai 0,71 persen dengan andil beras mencapai 0,08 persen. 

"Dengan stok beras di Bulog saat ini (memadai) mudah-mudahan tidak terjadi lagi (inflasi tinggi)," kata Suhariyanto. 

Diberitakan sebelumnya, kenaikan tarif angkutan udara menjadi penyebab utama inflasi November 2018 dengan andil sebesar 0,05 persen. Untuk diketahui, inflasi November 2018 adalah sebesar 0,27 persen. Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi tertinggi yakni sebesar 0,56 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,1 persen. 

"Ini mendekati akhir tahun dan banyak kegiatan kementerian dan Pemda menyebabkan kenaikan permintaan pesawat. Kenaikan tajam terjadi di Indonesia Timur seperti Ambon, Ternate, dan Sorong," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Senin (3/12). 

Masih dari kelompok yang sama, kenaikan harga bensin nonsubsidi juga memberikan andil signifikan pada inflasi November 2018 yakni sebesar 0,02 persen. Hal ini seiring dengan kenaikan harga bensin seri Pertamax

Sementara itu, kelompok bahan pangan mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dan memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen pada November 2018. Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi yaitu bawang merah sebesar 0,04 persen, beras sebesar 0,03 persen, dan telur ayam ras, tomat sayur, serta wortel masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,01 persen. Sementara, komoditas yang dominan memberikan andil deflasi yaitu cabai merah sebesar 0,04 persen dan daging ayam ras, melon, pepaya, cabai rawit, dan minyak goreng masing-masing sebesar 0,01 persen.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement