REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guyana memang bukan tergolong negeri kondang di dunia. Luas wilayahnya hanya 214 ribu meter persegi. Jumlah penduduknya juga hanya sekitar 777 ribu jiwa pada tahun 2006. Bandingkan dengan DKI Jakarta, yang jumlah penduduknya mencapai delapan juta jiwa lebih.
Namun siapa sangka, di negara yang terletak di kawasan Karibia ini terdapat komunitas Muslim yang terus berkembang. Umat Islam di Guyana, yang masih minoritas, tak sampai 10 persen dari populasi, sangat baik dalam menjalankan ajaran Islam. Mereka begitu konsisten menjalankan syariat Islam. Hal itu setidaknya tampak dari banyaknya masjid dan fasilitas keislaman yang dibangun di sana.
Kegiatan dakwah dan taklim tak kalah semarak. Begitu pula aktivitas untuk mempelajari bahasa Arab terus menggeliat.
Direktur GainPeace Project Dr Sabeel Ahmed sempat tidak percaya ketika berkunjung ke negeri itu. Sepanjang jalan ia menyaksikan banyak sekali masjid berdiri. Tiap waktu shalat, suara azan berkumandang dari tiap masjid itu. Jamaah pria, dengan kopiahnya, tampak bersemangat melaksanakan ibadah shalat fardhu. "Serasa di negara Timur Tengah," katanya.
Data dari Organisasi Islam Pusat Guyana (CIOG) mencatat, terdapat sekitar 145 unit masjid. Sarana ibadah itu tersebar di seluruh penjuru negara. Kegiatan keislaman juga bukan sesuatu yang asing. Sejak beberapa tahun terakhir, misalnya, Muslim setempat memiliki kegiatan besar bernama Festival Islam.
Berlangsung sepekan penuh, kegiatan ini digelar di kota-kota besar sampai ke desa. Sekolah dan kampus-kampus juga terkena 'demam' Festival Islam. Televisi dan media massa lainnya tak sungkan memberikan kegiatan ini.
Dalam Festival Islam, beragam aktivitas keagamaan digelar. Mereka juga mengundang tokoh-tokoh Muslim dari luar negeri. Dr Sabeel, yang datang bersama dua tokoh asal Kanada, begitu terkesan. "Ini membuktikan, Islam sedang menuju era baru di kawasan Amerika Selatan," katanya.