Selasa 04 Dec 2018 05:14 WIB

Luhut Sebut Sikap Jokowi yang Dapat Diteladani

Luhut menyebutkan ketauladanan sikap Jokowi, yakni tanggap, tangguh, dan trengginas.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Presiden RI Joko Widodo (kedua kanan) bersama Menko Maritima Luhut Binsar Panjaitan (ketiga kanan)
Foto: Republika/Edi Yusuf
Presiden RI Joko Widodo (kedua kanan) bersama Menko Maritima Luhut Binsar Panjaitan (ketiga kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengaku melihat Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki jiwa kepemimpinan dan sikap yang dapat ditauladani. Jokowi, kata dia, juga ia lihat sebagai sosok yang tanggap.

"Ketauladanan itu kalau kami di akademi militer,  tanggap, tangguh, trengginas. Nah, itu saya lihat tercermin dalam Presiden Joko Widodo," ujar Luhut di Jakarta Selatan, Senin (3/12).

Ia menerangkan, jika pemimpin bisa memberikan tauladan maka anak buahnya pasti mengikuti sikap pemimpinnya tersebut. Akan tetapi, jika pemimpinnya tidak bisa memberikan maka yang terjadi adalah yang sebaliknya.

"Kerja keras ini segala macam, kadang kalau kita ignore juga salah. Nah, karena itu apa yang kita capai dalam empat tahun ini sangat dipengaruhi oleh ketauladanan itu," tutur dia.

Luhut juga menuturkan, tak benar jika ada yang mengatakan Indonesia hidup dari utang. Justru, kata dia, Indonesia termasuk ke negara yang paling rendah soal utang. "Kalau banyak yang bicara kita hidup dari utang itu tidak benar," ujar Luhut.

Menurut Luhut, utang yang saat ini dimiliki Indonesia hanya sekitar 29 persen dari produk domestik bruto atau GDP. Ia menjelaskan, GDP Indonesia saat ini berada di jumlah Rp 1,1 triliun. 

Angka tersebut, kata dia, merupakan angka yang besar dan jumlah utang yang hanya sekitar 29 persen dari GDP itu jauh dari angka yang ditentukan, yakni 60 persen. "Sekian presen dari GDP kita sebenarnya itu jauh dari angka yang ditentukan yaitu 60 persen. Jadi kita termasuk ke negara yang paling rendah untuk utang," jelasnya.

Ia juga menerangkan, tingkat inflasi Indonesia saat ini berada di bawah angka 3,5 persen. Hal itu, kata dia, merupakan salah satu pencapaiam yang bagus. 

Terlebih mengingat dalam 12 tahun terakhir, Indonesia tidak bisa mencapai titik tersebut. "Pertumbuhan ekonomi Indonesia saya kira bagus, consider very good. Jadi kita sebenarnya di apresiasi oleh World Bank IMF jadi ekonomi yang leading di emerging market," ujar dia. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement