REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Direktur CIA Gina Haspel berencana akan memberikan taklimat kepada komite Senat Amerika Serikat, Selasa (4/12) waktu setempat. Menurut sebuah sumber taklimat ini mengenai pembunuhan wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi.
Sumber tersebut juga mengatakan beberapa anggota Senat marah karena Haspel tidak ikut serta dalam taklimat yang diadakan Senat oleh para pejabat pemerintahan Presiden Donald Trump pekan lalu. Sementara CIA telah menilai bahwa Putera Mahkota Pangeran Mohammad bin Salman memerintahkan pembunuhan Khashoggi.
Harian The Wall Street Journal pertama kali melaporkan bahwa Haspel akan mengadakan taklimat. Pada taklimat pekan lalu, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Pertahanan Jim Mattis mengatakan tak ada bukti kuat putera mahkota itu berada di balik pembunuhan tersebut dan mendesak para senator agar tidak menurunkan hubungan dengan Arab Saudi akibat insiden tersebut.
Haspel akan memberi taklimat kepada para pemimpin Republik dan Demokrat antara lain dari komite Hubungan Luar Negeri Senat dan Dinas Angkatan Bersenjata, kata sumber itu. Sementara hingga saat ini perwakilan CIA belum memberi komentar.
Sebelumnya dilaporkan CIA memiliki bukti Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) telah berulang kali berkomunikasi dengan seorang penasihatnya, Saud al-Qahtani, saat aksi pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi, berlangsung. Pembunuhan itu diyakini berada di bawah komando al-Qahtani.
Al-Qahtani menduduki puncak daftar orang-orang Saudi yang menjadi sasaran sanksi Amerika bulan lalu atas dugaan keterlibatan dalam pembunuhan Khashoggi. Badan-badan intelijen Amerika memiliki bukti MBS dan al-Qahtani telah bertukar 11 pesan.
Pertukaran pesan itu adalah informasi kunci yang membantu memperkuat penilaian CIA bahwa MBS telah memerintahkan pembunuhan Khashoggi. "Itu adalah bukti memberatkan yang tak terbantahkan," kata Bruce Riedel, mantan agen CIA yang sekarang bekerja di Brookings Institution.
“Hanya ada satu hal yang bisa mereka bicarakan. Ini menunjukkan putra mahkota telah melakukan pembunuhan terencana," papar dia, dikutip New York Times.