REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ), Balitbang-Diklat Kementerian Agama (Kemenag) membuat Database Manuskrip Alquran Nusantara. Sehingga publik akan bisa mengakses database tersebut secara online.
Banyak ditemukannya manuskrip mushaf Alquran dari abad ke 17, 18 dan 19 dianggap sebagai bukti kemajuan peradaban masyarakat Muslim di Nusantara pada masa lampau. Cara mereka membuat mushaf Alquran dinilai sangat teliti.
Peneliti dari LPMQ, Ali Akbar mengatakan, LPMQ telah melakukan pencarian manuskrip Alquran Nusantara di sekitar 20 provinsi selama empat tahun. LPMQ juga telah melakukan pencarian sampai ke Brunei Darussalam, Singapura dan Malaysia. "Selama itu LPMQ memotret manuskrip-manuskrip Alquran tersebut untuk dimasukkan ke Database Manuskrip Alquran Nusantara," kata Ali kepada Republika.co.id, Selasa (4/12).
Ia menerangkan, melalui database Manuskrip Alquran Nusantara, akan diketahui tradisi menulis dan menghias Alquran yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di masa lalu. Penggunaan kertas untuk mushaf dan gaya tulisannya juga bisa menjadi bahan penelitian.
Masyarakat Muslim di Nusantara yang menulis mushaf Alquran memiliki khas tersendiri. Hal tersebut dapat dilihat dari gaya tulisan dan penghormatan terhadap mushaf. Sehingga diketahui gambaran kebudayaan dan peradaban masyarakat Muslim di masa lalu.
"Mushaf Alquran juga bisa menjadi salah satu sumber sejarah. Karena dalam penelitian kita, naskah Alquran berpindah dari satu kerajaan ke kerajaan lain, naskah Alquran jadi hadiah dari satu kerajaan untuk kerajaan lain," ujarnya.