REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Satu hari pada musim dingin dan bersalju, Elena Banks berdiri di luar sebuah bangunan kayu tua. Rumah tua ini termasuk bangunan kumuh yang terletak di ibu kota Latvia, Riga. Banks mencoba mencari pintu dari bangunan tua itu.
Bangunan kumuh tersebut merupakan Muslim Islamic Center di Latvia. Ia tahu berada di alamat yang tepat. Namun, Banks tak menemukan tanda-tanda jelas bahwa bangunan tua ini termasuk sebuah “tempat”. Hanya ada papan kayu kecil di bawah jendela dengan tulisan berbahasa Arab.
Akhirnya, Banks disambut oleh pemimpin Muslim Islamic Centre in Latvia (MICL), Mamound Saeed. Saeed keluar dan menemui Banks. Saeed mempersilakan sang pengunjung masuk ke MICL. Pria itu menuntun Banks menuruni tangga sempit melewati sejumlah ruangan kecil dan beberapa kamar gelap menuju ke ruang bawah tanah.
Banks dituntun menuju tempat ibadah utama. Lokasi sebagian Muslim Riga biasa beribadah. Tempat ibadah dilapisi karpet dan hiasan bermotif arabesque yang rumit. Interior bercampur dengan apik. “Indah,” kata pewarta dari Baltic Times, Elena Banks.
Ruangan ini, dulunya merupakan sebuah gereja. Di sudut ruangan samar-samar terlihat sebuah petunjuk yang mengarah ke Makkah. Sedangkan altar peninggalan gereja, telah disisihkan.
Jumlah umat Islam di negara yang terletak di Kawasan Baltik, Eropa Utara, ini berkisar dari 500 hingga 10 ribu jiwa. Jumlah tersebut secara bertahap semakian meningkat. Banks melihat bagaimana sebuah komunitas Muslim yang kecil, tapi sangat taat beribadah. Sebagai kaum minoritas, Muslim Latvia bisa menunjukkan keimanan yang luar biasa.