REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menurut MICL, ada sekira 10 ribu Muslim yang tinggal di negara dengan populasi kurang lebih dua juta jiwa itu. Antara 70 sampai 200 mahasiswa internasional atau mantan siswa di Latvia berasal dari negara-negara Muslim, seperti Suriah, Palestina, Pakistan, dan Bangladesh. Muslim asal Rusia dan Latvia juga banyak.
“Kita semua menyatu. Islam tak mengenal kewarganegaraan,” kata Saeed yang berasal dari Sudan.
Ia mengungkapkan, kejelasan mengenai permukiman dan pertumbuhan komunitas Muslim di Latvia kurang terdata dengan baik. Namun seorang sejarawan, Vladislav Scherbeinsky, meyakini bahwa umat Islam pertama berada di Riga pada 1902 M.
Dilansir dari The Latvian Institute, kehadiran Muslim di Latvia pertama kali tercatat pada awal abad ke-19. Umat Islam tersebut berasal dari Bangsa Tatar dan Turki. Sebagian besar dari Muslim ini dibawa ke Latvia bukan karena kemauan mereka. Sebab, sebagian merupakan tahanan perang dari Perang Crimea dan Perang Rusia-Turki pada 1877.
Pada 1902 jamaah Muslim secara resmi berdiri dan diakui oleh pemerintah. Mayoritas Muslim yang berada di Latvia pada awal abad ke-20 dikenakan wajib militer oleh tentara Rusia.
Setelah dibebaskan dari layanan wajib militer, sebagian besar Muslim ini berangkat ke Moskow. Hampir semua Muslim di Latvia beraliran Suni. Ada juga sebagian yang aktif sebagai Muslim Ahmadiyah.
Selama pembentukan Uni Soviet dan di tengah-tengah perang sipil, banyak pengungsi Muslim memasuki Latvia. Mereka dikenal sebagai Latvia Turki. Pada 1928 Husnetdinov, seorang imam Turki, menjadi pemimpin komunitas Muslim di Riga.
Saeed pertama kali datang ke Latvia pada 1989 untuk belajar. Menurutnya, Muslim lebih banyak menikmati kebebasan selama masa Uni Soviet daripada beberapa tahun belakangan ini.
Pemerintah, saat itu bahkan memberikan umat Islam ruang khusus di asrama mahasiswa untuk beribadah. Tetapi sekarang, situasi tampak lebih rumit.
Ia merasa, banyak hal yang terjadi dan berhubungan dengan masalah politik. Hal ini karena terlalu banyak hal yang membingungkan dan kesalahpahaman yang tak kunjung selesai tentang Islam.
Kendati demikian, Muslim Latvia selalu berpegang teguh pada Alquran. Kitab suci ini selalu mengajarkan Muslim tentang agama dan toleransi sesama manusia.
Saeed berharap umat Islam Latvia segera dapat membangun masjid pertama di Latvia. Bukan sekadar tempat ibadah yang berupa ruangan apartemen atau bangunan yang dialihfungsikan, melainkan masjid permanen yang menjadi kebanggaan segenap Muslim di negara dengan luas wilayah 64 ribu km persegi ini.
Namun, Saeed enggan berbicara, seperti apakah realisasi dan kapan proyek ini akan terwujud. Pembangunan masjid dengan luas sekira 3000 meter persegi diharapkan terkabul pada masa mendatang. “Kami tidak mendapat bantuan internasional,” katanya.