Selasa 04 Dec 2018 22:26 WIB

Ekspor Sayuran Meningkat Usai Izin Dipercepat

Data BPS menyebutkan ekspor komoditas sayuran menunjukkan trend peningkatan

Red: EH Ismail
Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi.
Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pemerintahan Presiden Jokowi-JK dalam menggenjot penerimaan devisa negara melalui ekspor komoditas sektor strategis yaitu pangan menunjukkan hasil yang menjanjikan. Terbukti, menurut data BPS ekspor komoditas sayuran menunjukkan trend peningkatan. Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi mengatakan, kebijakan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman telah menyediakan karpet merah pelaku usaha yakni dengan memperlancar ekspor hortikultura. Mulai dari pengawalan dari hulu hingga hilir, registrasi kebun, sertifikasi packaging house hingga pelayanan perkarantinaan.

Menurut Suwandi, izin ekspor benih hortikultura termasuk tanaman hias dipangkas dari semula delapan hari menjadi tiga jam setelah kelengkapan berkas terpenuhi, berkas sudah clear and clean.

"Kebijakan mempermudah dan mempercepat pengurusan izin ekspor yang di Kementan yang diinisiasi Mentan Amran Sulaiman terbukti mampu menggairahkan ekspor,” kata Suwandi, di Jakarta, Selasa (4/12).

Ia menjelaskan, subsektor hortikultura menjadi salah satu favorit ekspor. Pasalnya, selain karena pangsa pasar yang luas, produk hortikultura tropis juga semakin diminati pasar dunia.

"Selain buah dan tanaman hias tropis, aneka sayuran asal Indonesia juga semakin banyak diekspor. Contohnya kubis, wortel, bawang merah, selada, kacang panjang, brokolli, asparagus, bayam dan sebagainya,” ujar Suwandi.

Menurut data BPS, periode Januari-September 2018 beberapa komoditas sayuran mengalami peningkatan ekspor dibanding periode yang sama pada 2017. Misalnya, ekspor kobis meningkat dari 27.355 ton menjadi 34.039 ton.

"Kubis Indonesia bahkan mampu merambah pasar ekspor Jepang, Malaysia, Singapura, Taiwan hingga Uni Emirat Arab," ungkap Suwandi.

Tak hanya itu, sambung dia, kinerja ekspor bawang merah juga mencatatkan prestasi yang membanggakan. Dari semula masih impor 74 ribu ton tahun 2014, bisa turun drastis hingga nol persen di tahun 2016.

"Sejak 2016 hingga saat ini kita sudah tidak lagi impor bawang merah segar. Bahkan kita mampu membalikkan keadaan menjadi ekspor. Periode Januari-September 2018 ekspor bawang merah naik 10,2%. Negara tujuan ekspor bawang merah yaitu Thailand, Singapura, Malaysia, Taiwan, Vietnam, Srilanka, Timor Leste dan Uni Emirat Arab,” tuturnya.

Suwandi menyebutkan, wortel asal Brastagi juga mulai banyak mengisi pasar ekspor Singapura dan Malaysia. Naiknya sangat fantastis, mencapai 808% dari semula hanya 1,8 ton menjadi 16,8 ton. Begitu pun ekspor kacang panjang melonjak ekspornya dari hanya 4 ton menjadi 41 ton menjangkau pasar Singapura, Arab Saudi, UEA sampai Belanda.

"Bunga Kol dan Brokoli juga melonjak ekspornya 2.350% mengisi pasar Malaysia, Singapura dan Taiwan. Sampai bayam pun mengalami peningkatan ekspor 477% yang memasok Singapura, Jepang, Malaysia hingga Belanda," kata dia.

Selain itu, produksi kentang tahun 2017 mencapai lebih dari 1,16 juta ton. Dari jumlah tersebut Indonesia mampu mengekspor kentang 3.517 ton ke Singapura, Malaysia, Hongkong dan Taiwan.

"Kita sudah swasembada kentang sayur pada 2018 ini. Untuk kentang industri chips akan kita tuntaskan 2020 nanti. Untuk produk edamame tahun 2018 ditargetkan bisa ekspor hingga 9 ribu ton dari Jember ke Jepang, Amerika Serikat, Australia, Malaysia, negara-negara Eropa dan Timur Tengah," ujarnya

Tantangan Ekspor Sayuran

Suwandi menerangkan adapun beberapa tantangan ekspor sayuran Indonesia adalah produksi dan kontuinitas secara berkelanjutan, kualitas produk dan diversifikasi produk yang tidak hanya fokus pada produk segar konsumsi. Namun demikian komoditas sayuran segar juga bisa diolah menjadi produk olahan yang berdaya saing.

"Pangsa pasar ekspor sayuran asal Indonesia terbuka luas di negara-negara seperti Singapura, Jepang, Taiwan, Timur Tengah hingga Eropa," terangnya.

Dengan menggencarkan dan mempermudah ekspor, tegas Suwandi, dampaknya telah menggeret peningkatan produksi dan kualitas produk dalam negeri. Sentra-sentra sayuran mulai tumbuh dan berbenah. Pun para petani makin bergairah tanam sayuran menggunakan sistem budidaya yang ramah lingkungan sesuai tuntutan pasar ekspor.

"Eksportir bermitra dan bisa melakukan transfer teknologi ke petani agar sesuai permintaan pasar. Pola-pola kemitraan ini yang ke depan akan terus kami dorong tingkatkan. Hal menarik adalah kini sudah ditemukan hasil uji lab bahwa pangan lokal seperti kentang, cabai, tomat, kubis, kedelai, kopi dan lainnya, bila dikonsumsi berdampak tubuh menjadi nyaman dan stamina kuat. Ke depan temuan ini dikembangkan dan pasti akan diminati pasar dalam dan luar negeri," imbuh Suwandi.

 

 

 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement