REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti dari Lajnah Pentashihan Mushaf Alquran (LPMQ), Ali Akbar menerangkan, banyak ditemukannya mushaf Alquran dari abad ke 17, 18 dan 19 dianggap sebagai bukti kemajuan peradaban masyarakat Muslim di Nusantara pada masa lampau.
Cara mereka membuat mushaf Alquran dinilai sangat teliti. Berdasarkan mushaf kuno yang sudah diteliti, peradaban masyarakat Muslim di Nusantara dinilai sudah maju.
"Sejak abad ke-18, orang-orang Bugis sudah menyalin (membuat mushaf Alquran) dengan beragam qira'at, dalam Alquran-Alquran dari Bugis, qira'at dicatat di samping kanan dan kiri lembaran mushaf," ujarnya.
Ia menyampaikan, sekarang mencetak Alquran hanya mencantumkan satu macam qira'at. Di Arab Saudi juga hanya mencetak satu qira'at saja. Tetapi beberapa mushaf dari Bugis ada yang mencantumkan beragam qira'at yang berbeda. Hal ini menggambarkan masyarakat Muslim di masa lalu sudah terbiasa dengan perbedaan.
"Kita harus belajar dari masa lalu, naskah adalah peninggalan yang sangat otentik dari masa lalu, mereka (Muslim Indonesia) punya tradisi menulis yang hebat, Alquran yang banyak halamannya, mereka salin dengan sabar (sampai jadi mushaf)," ujarnya.
LPMQ menyampaikan, ada sebanyak 390 lebih mushaf kuno yang sudah didigitalisasi dan dimasukkan ke database. Saat ini LPMQ masih membuat web untuk database itu supaya bisa diakses publik secara online.
Sementara, sudah ada ratusan mushaf lainnya yang dihimpun LPMQ untuk didigitalisasi. Mushaf-mushaf tersebut berasal dari abad ke-17, 18, 19, dan yang paling tua berasal dari tahun 1625 Masehi.