Rabu 05 Dec 2018 03:27 WIB

4.000 Migran Meninggal dan Hilang dalam Perjalanan ke AS

Banyak keluarga tidak melaporkan kehilangan kerabatnya yang bermigrasi secara ilegal

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Nidia Zuraya
Arah perbatasan Amerika menuju Meksiko
Foto: VOA
Arah perbatasan Amerika menuju Meksiko

REPUBLIKA.CO.ID, SAN PEDRO SULA — Haydee Posadas menunggu delapan tahun menunggu kepulangan putranya, Wilmer Gerardo Nunez. Putranya melarikan diri dari Honduras ke AS pada 2010 karena ancaman geng.

Hal yang sama dilakukan ribuan orang lainnya menuju wilayah Amerika Utara. “Saya berada di antara batu karang dan tempat yang keras. Aku tidak tahu apa-apa tentang putraku, apakah dia hidup atau mati,” kata Posadas.

Kisah Nunez adalah bagian kecil dari keberadaan migrasi yang tersembunyi ke AS melalui Meksiko. Dalam empat tahun terakhir, hampir 4.000 migran meninggal atau hilang di sepanjang rute itu.

The Associated Press (AP) menghitung, ada jumlah 1.573 orang lebih banyak dari data Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB). Sebab, AP memperkirakan banyak keluarga tidak melaporkan kehilangan atas orang-orang yang bermigrasi secara ilegal.

Pendatang Amerika Latin berjumlah sekitar 56.800 orang dari seluruh dunia yang meninggal atau hilang selama periode yang sama. Di mana-mana, migran menghadapi risiko. Rute Meksiko contohnya, memiliki bahaya tambahan perdagangan narkoba dan kekerasan geng.

Lebih dari 37 ribu orang dilaporkan hilang di seluruh Meksiko karena kekerasan geng narkoba. Jumlah orang menghilang paling tinggi berada di perbatasan Tamaulipas, lokasi penyeberangan yang dilalui banyak migran.

Ciudad Planeta di San Pedro Sula tampak seperti lingkungan kelas pekerja biasa. Banyak rumah beton satu lantai dengan atap logam. Namun, jeruji yang tampak di hampir setiap serambi menunjukkan bahwa daerah itu salah satu lingkungan paling berbahaya.

Itu adalah lingkungan yang ditinggalkan Nunez untuk pertama kalinya pada 1990an. Saat berusia 16 tahun, Nunez pergi menuju AS.

“Dia tidak mengatakan apa-apa kepada saya. Suatu hari dia pergi begitu saja,” ujar Posadas.

Nunez bukan anak tertua dari 10 anak dalam keluarga itu. Namun, dia adalah anak yang perhatian dengan keluarga lainnya.

Nunez mengirim uang ke rumahnya. Dia juga menelepon ibunya hampir setiap hari.

Nunez dideportasi dua kali, tetapi kembali ke AS setiap kali. Pada 2007, dia jatuh cinta dengan seorang wanita Meksiko, Maria Esther Lozano yang saat ini berusia 38 tahun. Saat itu, mereka memiliki seorang anak, Dachell.

Ketika Lozano hendak melahirkan anak lagi pada Juli 2010, Nunez dideportasi untuk ketiga kalinya.

Lingkungan itu lebih berbahaya karena kejahatan yang terorganisasi. Bahkan, penjahat kerap melakukan penggerebekan berdarah. Salah satu cucu Posadas tewas ditembak orang bersenjata yang menuding adanya keterlibatan dengan geng.

Pada beberapa malam, terjadi aksi saling tembah di jalanan. Terkadang, Posadas terbangun karena suara langkah kaki dari seseorang yang melarikan diri lewat atap rumahnya.

Posadas memiliki mantra untuk bertahan hidup di Planeta, “Jika anda melihatnya, anda tidak melihatnya. Jika anda mendengarnya, anda tidak mendengarnya. Dan, semua orang diam saja.”

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement