REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto, menyebutkan, polisi maupun militer dapat mengejar pelaku pembunuhan puluhan pekerja di Nduga, Papua. Pelaku diduga merupakan kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB).
"Ya kita kejar, namanya gerakan kriminal separatisme bersenjata, polisi maupun militer boleh kejar," ujar Wiranto di Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Rabu (5/12).
Dengan begitu, Wiranto menjelaskan, para pelaku pembunuhan pekerja PT Istaka Karya akan terus dikejar, ditangkap, dan dibersihkan. Menurutnya, kejadian pembunuhan itu merupakan sesuatu kejadian yang tidak disangka-sangka. "Karena mereka ada satu kegiatan 1 Desember itu, ada bakar batu, tapi ternyata ada satu rencana brutal seperti ini," jelas dia.
Sebelumnya, Wiranto telah berbicara kepada Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri), Jenderal Tito Karnavian, dan Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, untuk segera mengejar habis-habisan pelaku pembunuhan pekerja di Kabupaten Nduga, Papua. Pembunuhan para pekerja tersebut merupakan aksi yang sangat biadab.
"Jadi tadi saya sudah bicara dengan Kapolri, Panglima TNI, untuk segera dilakukan pengejaran yang habis-habisan. Supaya apa? Supaya tak terulang lagi," ujar Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta Pusat, Selasa (4/12).
Menurut Wiranto, pembunuhan terhadap para pekerja proyek Istaka Karya yang sedang membangun jembatan di Kali Yigi dan Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua, merupakan suatu aksi yang amat biadab. Para pekerja padahal tengah membangun infrastruktur berupa jembatan untuk kesejahteraan masyarakat di sana.
"Artinya apa? Artinya mereka sudah berbakti berjuang untuk kebaikan Papua, kebaikan masyarakat Papua. Lalu ditembak, dibunuh gitu, ini tentu hal yang sangat tak terpuji," katanya.